Quantcast
Channel: Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK-PLK)

Lomba Foto-3 Nasional 2014 tentang ABK, PLK dan Pensif

$
0
0

Setelah sukses penyelenggaraan Lomba Foto ABK-1 dan 2 tahun 2012 dan 2013, maka dalam rangka peningkatan pelayanan Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK) dalam bentuk kepedulian masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (Dit.PPK-LK Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menggelar untuk kedua kalinya "Lomba Foto-3 Nasional 2014 tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Pendidikan Layanan Khusus (PLK) dan Pendidikan Inklusif (Pensif)"yang ditujukan kepada pewarta foto, pemerhati pendidikan, pelajar,mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat umum.

Yang dimaksud ABK sesuai UU Sisdiknas No.20/2003 Pasal 32 Ayat 1 yang perlu Pendidikan Khusus (PK) diantaranya anak-anak/peserta didik penyandang ketunaan seperti :

1. Penyandang Disabilitas:
  • Tunanetra/buta dan Low Vision yang bermasalah dengan penglihatan.
  • Tunarungu yaitu hambatan pendengaran dan Tunawicara yaitu hambatan berbicara.
  • Tunadaksa yaitu lumpuh/hambatan fisik atau kehilangan satu/sebagian fisik.
  • Cerebral Palsy yaitu lumpuh/hambatan fisik akibat gangguan motorik syaraf.
  • Tunaganda yaitu memiliki dua jenis handicap/ketunaan.

2. Anak Kesulitan Belajar:

  • Hiperaktif, yaitu anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian pada jangka waktu tertentu, anak hanya mampu memusatkan perhatian pada waktu yang sangat pendek, mudah terganggu perhatian dan pikirannyanya dan tidak mampu mengontrol diri untuk bersikap tenang.
  • ADD (Attention Deficit Disorder)/ ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan. 
  • Autis, yaitu anak yang terhambat dengan bidang sosialisasi, imajinasi, dan komunikasi.  
  • Asperger Syndrome, yaitu salah satu gejala autisme dari kemampuan linguistik dan kognitif di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kurang begitu diterima.
  • Down Syndrome yaitu suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak dengan ciri badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid.
  • Tunagrahita yaitu keterbelakangan intelektual dan perilaku. 
  • Dyslexia, yaitu kondisi ketidakmampuan belajar khususnya dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
  • Dysgraphia, yaitu ketidakmampuan belajar dari kesulitan dalam mengungkapkan pikiran secara tertulis dan grafis.
  • Dysphasia, yaitu ketidakmampuan memproduksi dan mengerti bahasa.
  • Dyscalculia, yaitu kesulitan dalam belajar atau memahami perhitungan, termasuk memahami simbol-simbol matematika.
  • Dyspraxia, yaitu kesulitan yang dialami seorang anak dalam melaksanakan proses  “pembentukan ide” untuk membuat sebuah gerakan terencana, proses dalam “perencanaan gerak” untuk mencapai idenya, dan proses “pelaksanaan gerakan “ atau action tersebut. Dyspraxia dikenal juga sebagai hambatan/gangguan motorik.
Kemudian anak-anak non disabilitas yang memiliki kelebihan daripada anak normal seusianya yang biasa disebut Anak CIBI/ cerdas istimewa dan bakat istimewa (multiple talented and special intelligence) seperti:

3. Anak Bakat Istimewa :
anak yang berbakat dibidang Kesenian, Olahraga, Ketangkasan dan Ketrampilan.

4. Anak Cerdas Istimewa :

anak dengan IQ 130< dan anak Indigo (anak mempunyai indera keenam atau intuisi yang luar biasa).


Sedangkan ABK non disabilitas lainnya pada Pasal 32 Ayat 2 UU Sisdiknas No.20/2003yang perlu Pendidikan Layanan Khusus (PLK)diantaranya adalah:

1. Anak Korban Sosial-Ekonomi:
  • pekerja/buruh anak,
  • anak pemulung,
  • napi anak/ anak yang berhadapan dengan hukum (ABH),
  • pengasong anak,
  • anak pelacur,
  • pelacur anak,
  • anak korban asusila,
  • anak korban trafficking,
  • anak jalanan,
  • anak korban narkoba
  • anak korban HIV/AIDS,
  • anak korban perceraian,
  • anak yatim-piatu,
  • anak putus sekolah,
  • anak dari keluarga miskin absolut.

2. Anak Korban Bencana:
  • anak korban bencana alam,
  • anak korban konflik,
  • anak korban peperangan,
  • anak pengungsi.

3. Anak dengan Kendala Geografis:
  • anak-anak dari tenaga kerja Indonesia (TKI) diluar negeri.
  • anak-anak di wilayah 3T seperti anak di daerah tertinggal, anak di pulau terdepan, anak di terpencil/pedalaman/suku).
Catatan:
Anak-anak usia 7-18/19 tahun seperti 1. Korban Sosial-Ekonomi, 2. Korban Bencana, 3. Kendala Geografis tersebut ada juga yang dibina/ diasuh pada lembaga-lembaga di lingkup Asosiasi PLK (Pendidikan Layanan Khusus), PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), TBM (Taman Bacaan Masyarakat) ataupun LSM-NGO yang terkait dengan kategori ini.


PENDIDIKAN INKLUSIF (PENSIF)
-> Sekolah Biasa/Sekolah Umum, yang mengakomodasi semua Anak Berkebutuhan Khusus.
-> SLB/Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus yang mengakomodasi anak normal.

(Sekolah Inklusif adalah sekolah yang terpilih melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik kepala sekolah, guru, orang tua, peserta didik, tenaga administrasi dan lingkungan sekolah/ masyarakat). klik tentang Pensif


Petunjuk Teknis, Syarat dan Ketentuan Lomba:

1) Peserta dalam lomba foto dan pameran ini GRATIS atau tidak dipungut biaya. Peserta lomba foto, yaitu peserta dari kalangan jurnalis/wartawan (reporter dan pewarta foto media cetak/online), dan kalangan umum (penghobi fotografi, pelajar, mahasiswa, karyawan/pegawai, guru, dosen, tutor, orang tua, pemerhati ABK dan ABK itu sendiri)

2) Seluruh foto yang diterima panitia merupakan karya sendiri, baik yang telah dimuat di media atau belum pernah disiarkan.Masa/waktu pemotretan dari Januari 2013 hingga 30 Juni 2014. Namun foto-foto yang dilombakan belum pernah menang di-event manapun. Foto yang bukan milik sendiri atau pernah menang di event lain sebelumnya maka akan didiskualifikasi panitia/juri..

3) Foto yang dilombakan diantaranya merupakan gambaran aktivitas ABK (disabilitas maupun non disabilitas) baik di sektor pendidikan, budaya, hukum, sosial, lingkungan, kesehatan dll.

4) Foto mesti orisinil, masih memiliki exif. Bila ada sedikit cacat diperbolehkan melalukan tusiran/sentuhan olah digital. Namun foto tidak boleh banyak unsur olah digital (seperti kolase/ montase) atau bukan merupakan rekayasa olah digital.

5) Setiap peserta lomba minimal mengirimkan 1 foto dan maksimal 15 foto terbaiknya yang dicetak ukuran 10 RS (254x381 mm). Foto dicetak boleh memakai kertas doff atau glosi. Saat mengirim dengan jasa pos, gunakan media pelindung foto yang baik, sehingga foto tidak mudah terlipat atau tidak mudah rusak sesampai di tangan panitia.

6) Seluruh foto wajib dilampirkan caption photo (keterangan foto yang mengandung 5W+1H), berikut judul foto, nama forografer serta media/institusi anda, dan nomor ponsel anda.

7) Seluruh foto yang dikirim ke panitia, sertakan pula file foto asli ke dalam CD beserta scan identitas diri (KTP/SIM/ Kartu Pelajar/Mahasiswa) dan file jpeg pas foto diri terbaru (ukuran 4x6 cm atau ukuran poscard dengan tingkat resolusi/DPI 300). Bila syarat point 6-7 ini tidak dikirim, maka foto yang terkirim akan didiskualifikasi.

8) Bila peserta mengirimkan lebih dari satu foto, disarankan foto tersebut adalah foto yang berbeda  terhadap aktivitas ABK dan/atau beda sektor. Namun juri hanya memilih (kurasi) satu foto terbaik/ yang layak diunggulkan dari seluruh foto yang dikirimkan peserta. Hal ini untuk menghindari satu peserta memperoleh dua atau tiga kemenangan, Dengan begitu akan memberikan kesempatan peserta lain untuk memperoleh kemenangan pula.

9) Foto-foto dan CD tersebut diterima panitia mulai 1-15 Juli 2014 via pos (bukan tgl cap pos) atau bisa dikirim langsung ke Dit.PPK-LK Dikdas di, Cipete, Jakarta Selatan. (alamat di bawah ini).

10) Foto akan dinilai oleh fotografer senior yang pernah memperoleh penghargaan dan memiliki kompetensi dibidangnya, pemerhati fotografi dan ABK, serta penilai dari Dit.PPK-LK Dikdas pada Bulan Agustus  2014.

11) Pengumuman pemenang lomba foto dilaksanakan pada September 2014 pada web www.pk-plk.com. Pengumuman pemenang akan diumumkan ponsel peserta. Dan keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.

12) Pemenang akan menerima hadiah uang saku, yaitu Juara Pertama Rp10.000.000, Juara Kedua Rp5.000.000, Juara Ketiga Rp3.000.000, dan 20 foto favorit masing-masing memperoleh Rp 500.000. (Peserta yang mengirim lebih dari satu foto atau hingga 15 foto, namun hanya satu foto yang dinilai terbaik oleh juri. Artinya peserta hanya memperoleh kesempatan satu pemenang/juara saja. Hal ini agar memungkinkan peserta lain untuk menang/juara). Seluruh hadiah tersebut dipotong pajak.

13) Penyerahan hadiah akan dilaksanakan pada acara Gebyar PK-PLK pada Bulan November 2014 yang berbarengan dengan acara seleksi lomba vokal, instrument, dan band dan penyerahan pemenang untuk lomba Penulisan Jurnalistik ABK 2013 yang diselenggarakan oleh Direktorat PPK-LK Dikdas, Kemdikbud. (waktu dan tempat menyusul dan informasi via www.pk-plk.com).

14) Foto-foto terbaik akan dipamerkan pada event pendidikan 2014, dan pameran foto akan dilanjutkan di acara GEBYAR SISWA PK-PLK NASIONAL 2014 (waktu dan tempat masih tentatif).

15) Seluruh foto yang dilombakan menjadi hak panitia. Seluruh foto tersebut dapat dipergunakan oleh panitia atau Kemdikbud dalam rangka KAMPANYE PENDIDIKAN atau sejenisnya yang sifatnya NON KOMERSIAL.

16)  Sebagai tempat pengarsipan/galeri foto di dunia maya, dan untuk menambah nilai benefit/nilai ekonomis bagi peserta lomba, maka seluruh foto yang dilombakan akan didaftarkan melalui agency ke bursa website stok foto di Indonesia. (Adapun prasyarat masuk ke bursa stok foto itu dan benefit yang akan diperoleh, diatur sesuai dengan ketentuan layanan pada web tersebut).***

Alamat pengiriman (klik):
Kepada Panitia Lomba Foto ABK 2014.
Subdit Program dan Evaluasi.
Direktorat PPK-LK DIKDAS, Kemdikbud.
Jl Raya Fatmawati, Cipete.Jakarta Selatan.

Hasil Seleksi 44 Lomba Foto PK-PLK Tahun 2014

$
0
0
Alhamdulillah... Lomba Foto PK-PLK tingkat Nasional tahun 2014 terhimpun sebanyak 230 foto dari 66 peserta se-Indonesia pada akhir Juli 2014. Usai direkap, kemudian dewan juri melakukan penilaian pada tanggal September 2014. Penilaian untuk lomba foto ini menetapkan foto yang memiliki unsur-unsur diantaranya: Kekuatan Pesan [0-30], Komposisi [0-25], Harnomisasi [0-20], Handicap [0-15], Kesesuaian Tema [0-10].

Sebelum penilaian akhir, dewan juri telah diseleksi 44 foto terbaik yang akan diikutsertakan pada pameran foto di acara “Gebyar dan Lomba Keberbakatan Dikdas Tahun 2014” pada Bulan November 2014 di Surakarta.

Pada pemilihan 44 besar foto terbaik ini dipilih secara acak, sehingga dewan juri dengan tidak melihat data foto/ pemilik foto. Berikut ini 44 foto terbaik yang telah masuk seleksi awal juri:

Kode Foto, Judul Foto (Nama Peserta, Media/Asal Daerah)

  1. F07-1, Membatik Masa Depan (Taufan Wijaya, Fotografer Jogja).
  2. F09-1, Kutatap Masa Depannku Dari Bangku Sekolah Ini (Yohan Taryono Widodo, Pewarta Foto, Surabaya).
  3. F09-3, The Rhytheme of Angklung (Yohan Taryono Widodo, Pewarta Foto, Surabaya).
  4. F09-7, Struggle For Life (Yohan Taryono Widodo, Pewarta Foto, Surabaya).
  5. F11-1, Antara Aku dan Mereka (Resha Juhari, Bangka Pos, Babel).
  6. F11-2, Diantara Kontainer (Resha Juhari, Bangka Pos, Babel).
  7. F16-1, Pendidikan untuk Semua (Iman Firmansyah, STIKESmi Sukabumi).
  8. F16-2, Aku dan Mereka Sama (Iman Firmansyah, STIKESmi Sukabumi).
  9. F18-1, Akupun Mampu (Agus Budi Gunawan, Pegawai di SMA Negeri 3 Temanggung).
  10. F20-3, Belajar Menulis Braille (Nova Wahyudi, Palembang Expres).
  11. F20-6, Games for Charity (Nova Wahyudi, Palembang Expres).
  12. F20-8, Mengenal Huruf Braille (Nova Wahyudi, Palembang Expres).
  13. F29-1, Berinteraksi dengan Satwa (Sunaryo Haryo Bayu, Solo).
  14. F30-1, Aku Bisa Main Keyboard (Dewi Nurcahyani, Majalah Paras, Jateng).
  15. F30-3, Belajar Bersama Teman (Dewi Nurcahyani, Majalah Paras, Jateng).
  16. F30-5, Memasak untuk Sarapan (Dewi Nurcahyani, Majalah Paras, Jateng).
  17. F32-2, Belajar Renang 1 (Agus Priatna, inilah.com Jakarta).
  18. F33-1, Adu Cepat (Ahmad Zainul Haq, Harian Surya Surabaya).
  19. F34-1, Berkarya (Sugede S Sudarto, Wiraswasta Solo).
  20. F34-2, Melatih Kesabaran (Sugede S Sudarto, Wiraswasta Solo).
  21. F34-3, Sang Juara (Sugede S Sudarto, Wiraswasta Solo).
  22. F35-3, Kuda Lumping Tuna Rungu (Misbachul Munir, Wiraswasta Jogja).
  23. F35-5, Pantomim Siswa Tunarungu (Misbachul Munir, Wiraswasta Jogja).
  24. F37-2, Belajar Bersama Sampah (Masyudi Firmansyah, Makassar Kini).
  25. F37-4, Memilih Pemimpin Bangsa (Masyudi Firmansyah, Makassar Kini).
  26. F37-6, Tahan Dingin Yaa Dek (Masyudi Firmansyah, Makassar Kini).
  27. F38-1, Interaksi peserta Ujian Nasional dengan pendampingnya (Kurniawan Adi N).
  28. F39-6, Catur Tunanetra (Mushaful Imam, SINDO Palembang).
  29. F40-4, Memberikan Hak Suara (Anis Efizudin, Temanggung).
  30. F44-2, Bernyanyi dengan Riang Gembira (Sofyan Efendi, Jakarta Timur).
  31. F44-3, Belajar Menggunakan Digital Talking Book (Sofyan Efendi, Jakarta Timur).
  32. F46-2, Simulasi Gempa Bumi (Gholib, Pewarta Foto, Semarang).
  33. F46-4, Membaca Alquran Braille (Gholib, Pewarta Foto, Semarang).
  34. F46-6, Membatik dengan Kaki (Gholib, Pewarta Foto, Semarang).
  35. F46-9, Mandi di Genangan banjir Rob (Gholib, Pewarta Foto, Semarang).
  36. F47-1, Karnaval ABK Sambil Bernyanyi (Anwar Mustafa, AFP Jateng).
  37. F47-4, Kami Juga Bisa (Anwar Mustafa, AFP, Jateng).
  38. F48-1, Bepegang Erat (Kadri Boy Tarigan, Sindo Medan).
  39. F51-1, Belajar Bentuk Mulut (Deddy Seneng, PNS Temanggung).
  40. F53-1, Semangat Belajar (David Filius Glorianto, UMKM Banjarnegara Jateng).
  41. F54-2, Kompetisi Catur Istimewa (Budi Prast, Kabare Magazine, Yogyakarta).
  42. F56-4, Operasi Netbook (Nurul Iman, SatelitPost Brebes).
  43. F60-2, Biarkan Aku Merasakannya (Achmad Shofwan, Pegawai Travel di Surabaya).
  44. F60-3, Terima Kasih Ibu (Achmad Shofwan, Pegawai Travel di Surabaya).


Salam a.n panitia
Rahmintama


Nb:
Untuk info dan mempermudah jaringan komunikasi, silahkan hubungi kami
invite PIN BB: 75 19 15 60 
atau Whatsapp: 0877 8877 8585

Hasil Seleksi 43 Naskah Lomba Menulis PK-PLK Tahun 2014

$
0
0
Alhamdulillah...  Lomba Menulis PK-PLK tingkat Nasional tahun 2014 terhimpun sebanyak 151 naskah dari 98 peserta se-Indonesia pada akhir Juli 2014. Usai direkap, kemudian dewan juri melakukan penilaian pada Bulan September 2014. Lima point penilaian dewan juri terdiri dari: Muatan Inspirasi [0-30], Deskripsi [0-20], Analisa & Solusi [0-20], Substansi [0-20], Segi Bahasa [0-10]

Sebelum penilaian akhir, dewan juri telah menseleksi 43 naskah penulisan terbaik. Berikut ini 43 naskah yang telah masuk seleksi awal:

Kode Naskah  |  Judul Naskah  |  Penulis  | Asal Media/Daerah
  1. T2, Pendidikan Versus HIV dan AIDS (Edi Sugianto, UMJ Jakarta).
  2. T7, Hikari Oe dan Kasih Sejati (M. Najibur Rohman, peremehati ABK di Semarang).
  3. T8, Sekolah Inklusif, Solusi Pendidikan Bagi Orang 'Pinggiran" (Lina Mezalina, Mahasiswa PLB Unesa Surabaya).
  4. T9, Tidak Ada Anak Difabel (Arif Purwanto, Kepala MI Salamah Sulurejo).
  5. T10, Family Gathering Percik Insani (Niken Fitri Pratiwi, Mahasiswa Institut Teknologi Bandung)
  6. T13, Di Balik Persiapan UN SLB Pertama di Banyuasin - Ruwet tapi Mengharukan (Tasmalinda, Reporter Koran Sindo).
  7. T14, Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Herawati, Guru SMK 1 Gelumbang).
  8. T16, Samudera Kasih Guru Imas (Rinda Mulyani, Wartawan Lampung Post)
  9. T17, Lapsus Sekolah Inklusi (Aris Susanto, Wartawan Solopos).
  10. T19, SLBN Lebong, Tak Lelah Menjemput Asa ABK (Cinthya Yuanita, Dokter internship RSUD Kabupaten Lebong, Bengkulu)
  11. T20, Konseling untuk Anak Khusus (Fitri Dewi Andani, Mahasiswi IAIN Sunan Ampel Surabaya).
  12. T21, Difabel Nasibmu Kini… (Khairuddin Arafat, Wartawan Harian Portibi DNP)
  13. T22, Pencanangan Kota Solo Kota Inklusi Mencerdaskan Tanpa Diskriminasi (Imam Subkhan, Pengelola Fataha Education and Training Center).
  14. T25, Pendidikan Inklusif Deteksi Gejala Pedofilia (Dudung Koswara, M.Pd, Wakil Kepala SMAN I Kota Sukabumi).
  15. T26, Anak Autis Tidak Selalu Menjadi Beban (Fadmi Sustiwi, Wartawan SKH ‘Kedaulatan Rakyat’ Yogya).
  16. T27-1, Sekolah Gratis bagi Si Miskin (Eviyanti, wartawan Pikiran-Rakyat).
  17. T28, Konseling untuk Anak Berkebutuhan Khusus
  18. T31, Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Cut Almira Meutia, S.Psi, Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara).
  19. T35, Mainkan Jemarimu, Cindy! (Gusnaldi Saman, Wartawan Harian Singgalang, Sumbar).
  20. T39-2, Juara Umum ASEAN Para Games, Kontingen Indonesia Disambut Meriah (Yudha Satriawan, Free lance Reporter  Voice Of America / VOA).
  21. T40, Sekolah Pencarian Bakat Untuk Penyandang Disabilitas (Hendri Nova, Wartawan Harian Singgalang Padang).
  22. T45-1, Suara Politik Kaum Difabel (Muhammad Syamsul Arifin,  Ketua Umum Badan Pengelola Latihan HMI Cabang Yogyakarta).
  23. T50, Menengok SLB nasional Cilongok (Puji Purwanto, Wartawan di Harian Umum Suara Merdeka)
  24. T52, Peringatan Hari autis sedunia 2013 (Chairunnisya, Wartawan Pontianak Post)
  25. T53, Hanya Diterima di Jurusan PLB, Sekarang Guru PNS (Anggun Puspitaningrum, Reporter Harian Suara Merdeka).
  26. T56-2, Modal Nekat, Mahasiswa Tuna Daksa Kuliah dengan Beasiswa (Neneng Zubaidah, Reporter Koran Sindo)
  27. T57, Meski Tanpa Suara, Langkahnya Terus Bergerak Tanpa Batas (Nita Indrawati, Redaktur padangmedia.com).
  28. T59-2, Hobi Main Komputer, Raih Juara Desain Grafis (Sumali Ibnu Chamid, Wartawan Radar Semarang)
  29. T59-5, Gambar Bhinneka Tunggal Ika, Juara Nasional (Sumali Ibnu Chamid, Wartawan Radar Semarang)
  30. T60, Siswa ''SMP Terbuka'' di Malaysia (Satrio Wicaksono, Wartawan Suara Merdeka).
  31. T62, Pendidikan Khusus Pengembangan Potensi Penyandang Difabilitas (Rhoni Rodin, S.Pd.I., M.Hum, Pustakawan STAIN Curup, Rejang Lebong, Bengkulu).
  32. T66-1, Sekolah (yang katanya) Inklusif (Rafiatul Adawiyah Putri, Guru Pendamping Khusus SMP Lazuardi GIS Jakarta).
  33. T72, Membangun Sekolah Inklusif Ramah Anak (Daroe Iswatiningsih, Dosen FKIM Universitas Muhammadiyah Malang).
  34. T74-1, Hidup Mandiri Dengan Prestasi (Anissaa Alhaqqoh Darwis SPd, Guru SLB Negeri Bontang).
  35. T75-1, Merawat Semangat Para Difabel (Arifah Suryaningsih, Guru SMKN 2 Sewon Bantul).
  36. T76-1, BUDIONO: Membimbing Tunanetra Dalam Gulita (Gregorius Magnus Finesso, Wartawan Harian Kompas)
  37. T79, Pemimpin Para Pemimpi (Erny Ratnawati, SPd, Pengajar dan Peneliti Sosial, Aktivis LSM Wasis).
  38. T81, Masa Depan ABK di Era Ekonomi Kreatif (Ririn Handayani, Alumnus Universitas Airlangga Surabaya).
  39. T83, Pendidikan Manusiawi untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Riduan Situmorang, Staf pengajar Prosus Inten Medan).
  40. T85, Mereka  Berhasil  Mengalahkan Autis (Ikhwan Wahyudi, Jurnalis LKBN ANTARA Biro Sumatera Barat).
  41. T87, Blind Judo: Kunci Lawan dengan Perasaan (Ni Ketut Wirati Astiti)
  42. T90, Perjuangan Tak Kenal Lelah Nenek Hafsiah (Setiyo Bardono, Penulis Lepas).
  43. T95, Hafal Nama Ribuan Ikan dan Sejarah Dunia (Ika Noviyanti, Copy Editor Radar Surabaya).


Salam a.n panitia
Rahmintama



Nb:
Untuk info dan mempermudah jaringan komunikasi, silahkan hubungi kami
invite PIN BB: 75 19 15 60 
atau Whatsapp: 0877 8877 8585

Kemdikbud Selenggarakan Jambore Nasional Anak Berkebutuhan Khusus ke IV di Cibubur

$
0
0
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyelenggarakan Jambore Nasional Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ke IV di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.

Tahun pertama diselengarakan dalam bentuk dengan tajuk Gathering Scout With Special Needs (GSWSN) Tahun 2011 di Sari Ater, Jawa Barat. Tahun 2012 dan tahun 2013 diselenggarakan di Solo dalam bentuk Jambore Nasional ABK yang bekerja sama dengan  Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka.

Jambore bagi siswa berkebutuhan khusus yang kedua ini mengedepankan pendidikan karakter dengan model pembelajaran di luar sekolah yang menyenangkan bagi peserta didik.

"ABK perlu suasana pendidikan yang menarik, menyenangkan dan menantang, sehingga mereka mampu meningkatkan kepercayaan dan kompetensi diri," kata Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (PPK-LK Dikdas) Mudjito.

Ia mengatakan dalam kegiatan ini syarat terhadap pendidikan berkarakter. Karena tujuan Jambore Nasional ABK ini untuk mengembangkan potensi ABK dalam konteks pendidikan karakter agar menjadi individu yang berakhlak mulia, memiliki wawasan kebangsaan, apresiasif terhadap seni dan budaya Indonesia, terampil, tangkas, penuh percaya diri, serta mandiri.

"Pada event ini mereka seluruh Indonesia bertemu. Dengan banyak teman, mereka bisa melakukan segala sesuatunya bersama. Saya juga berterima kasih kepada guru maupun pendamping yang mampu dan tak henti-hentinya membina ABK menjadi mandiri. Dari anak yang tidak tahu, menjadi tahu. Mulai yang sulit berkomunikasi, kini menjadi mudah. Melalui akses dan kesempatan seperti inilah, anak-anak tumbuh kepercayaan dirinya," paparnya.

Mudjito menjelaskan sebanyak 330 peserta meliputi lima siswa penyadang disabilitas masing-masing adalah tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan autis yang berasal dari 33 provinsi di Indonesia bersama 1 pendamping mengikuti serangkaian kegiatan dari 29 September hingga 2 Oktober 2014 di kawasan Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.

"Jambore ABK ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran pendidikan karakter untuk memaksimalkan kemampuan penginderaan anak-anak berkebutuhan khusus," tegas Mudjito.

Mudjito menjelaskan dalam event ini akan tercipta model-model pendidikan karakter seperti menanamkan jiwa patriotisme, memupuk jiwa persaudaraan antarpeserta, meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Jambore ABK ini berguna untuk melatih keberanian dan ketahanan mental dan fisik mereka, serta memupuk sikap toleransi dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat di lingkungannya," ujarnya.

Kemudian, ada pula permainan wawasan kebangsaan, cinta tanah air, permainan penjelajahan, perilaku hidup bersih dan sehat, pelestarian lingkungan melalui ketrampilan daur ulang dari barang bekas. Pada hari terakhir diselenggarakan karnaval sebagai wujud cinta budaya daerah, dan pentas seni.

"ABK juga belajar bertoleransi dengan perbedaan satu sama lain. Mereka belajar budaya bangsa dari peserta lain melalui permainan-permainan yang menyenangkan, dalam bentuk pentas seni dan karnaval dengan pakaian daerah," kata Mudjito.[\]


Media Relations
Rahmintama

Foto: Solopos (Jambore ABK 2013)

Pengumuman Pemenang Lomba Foto dan Lomba Menulis Artikel tentang ABK, PLK dan Pendidikan Inklusif Tingkat Nasional Tahun 2014

$
0
0

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME bahwa penilaian Lomba Foto dan Lomba Menulis Artikel tentang ABK, PLK dan Pendidikan Inklusif Tingkat Nasional Tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pandidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (Dit.PPK-LK Dikdas Kemdikbud), telah selesai dilaksanakan dengan lancar dan sukses.

Pada LOMBA MENULIS ARTIKEL Tentang ABK, PLK dan PENDIDIKAN INKLUSIF Tingkat NASIONAL Tahun 2014 ada sebanyak 151 naskah dari 98 peserta. (Tahun ini meningkat dari tahun 2013 lalu dengan 124 naskah yang panitia terima dari 72 peserta).

Usai direkap, kemudian dewan juri melakukan penilaian pada tanggal 8-10 September 2014 tanpa melihat identitas penulis. Lima point penilaian dewan juri terdiri dari: Muatan Inspirasi [0-30], Deskripsi [0-20], Analisa & Solusi [0-20], Substansi [0-20], Segi Bahasa [0-10]. Sebanyak sembilan artikel para finalis akan dipublikasikan pada event “Gebyar dan Lomba Keberbakatan Dikdas Tahun 2014” pada Bulan November 2014 di Surakarta.

Kemudian, LOMBA FOTO Tentang ABK, PLK dan PENDIDIKAN INKLUSIF Tingkat NASIONAL Tahun 2014, panitia menerima sebanyak 230 foto dari 66 peserta. (Dibanding tahun lalu ada 220 foto dari 69 peserta yang ikut). Mereka berprofesi antara lain mahasiswa/pelajar, pewarta foto, penghobi foto, pemerhati terhadap ABK, hingga pegawai.

Penilaian untuk lomba foto yang dinilai oleh juri pada tanggal 8-10 September 2014 tanpa melihat identitas fotografer. Juri kemudian menetapkan foto yang memiliki unsur-unsur diantaranya: Kekuatan Pesan [0-30], Komposisi [0-25], Harnomisasi [0-20], Handicap [0-15], Kesesuaian Tema [0-10].

Juri pun sudah menseleksi sekitar 44 foto yang dilombakan untuk dipamerkan pada di acara “Gebyar dan Lomba Keberbakatan Dikdas Tahun 2014” pada tgl 11 November 2014 di Surakarta.

Seluruh foto yang masuk ke panitia akan kami daftarkan secara gratis ke stokfoto di Indonesia (sesuai ketentuan dan prasyarat yang ditetapkan).

Bagi para pemenang, kami ucapkan selamat danterima kasih atas partisipasi anda. Teruslah berkarya baik melalui fotografi dan penulisan jurnalistik. Karena melalui karya-karya dari anda, akan mampu mensuarakan inspirasi yang positif terhadap pendidikan layak dan bermutu bagi semua tunas-tunas bangsa. (panitia akan segera menghubungi para pemenang).

Kepada semua pihak, kami mohon maaf atas kekurangan dari penyelenggaraan yang baru dilaksanakan kedua kali ini. Semoga tahun depan dapat terselenggarakan, dan lebih baik lagi. Harapan kami, agar anak-anak berkebutuhan khusus baik penyadang ketunaan dan non disabilitas selalu dapat hak pendidikan yang layak dan bermutu di daerahnya masing-masing.

Hasil perlombaan tahun 2012, 2013 dan 2014 akan dibundel berbentuk katalog atau buku arsip Lomba Foto dan Lomba Artikel. Sedangkan para pemenang Juara 1,2,3 pada masing-masing lomba akan diundang dalam acara “Gebyar dan Lomba Keberbakatan Dikdas Tahun 2014” tgl 11 November 2014 di Surakarta untuk pembagian hadiah. Sedangkan hadiah peraih favorit akan dihubungi panitia.


Rahmintama
a/n Panpel
WA: 0877 8877 8585
PinBB: 7519 1560


------------------------------  oo000oo  ------------------------------


NAMA-NAMA PEMENANG
LOMBA FOTO Tentang ABK, PLK dan PENDIDIKAN INKLUSIF Tingkat NASIONAL Tahun 2014


JUARA 1
No.Kode: F16-2
Judul Foto: Aku dan Mereka Sama
Total Nilai: 96
Nama: IMAN FIRMANSYAH
Profesi: Mahasiswa STIKESmi Sukabumi


JUARA 2
No.Kode: F48-1
Judul Foto: Bepegang Erat
Total Nilai: 93
Nama: KADRI BOY TARIGAN
Profesi: Pewarta Foto Sindo Medan


JUARA 3
No.Kode: F11-1
Judul Foto: Antara Aku dan Mereka
Total Nilai: 91
Nama: RESHA JUHARI
Profesi: Pewarta Foto Bangka Pos, Babel


Kemudian peserta yang meraih 10 FOTO FAVORIT adalah:

1) No.Kode: F30-1
Judul Foto: Aku Bisa Main Keyboard
Total Nilai: 93
Nama: DEWI NURCAHYANI
Profesi: Wartawan Majalah Paras, Jateng


2) No.Kode: F09-3
Judul Foto: The Rhytheme of Angklung
Total Nilai: 91
Nama: YOHAN TARYONO WIDODO
Profesi: Freelance Fotografer Surabaya


3) No.Kode: F37-6
Judul Foto: Tahan Dingin Yaa Dek
Total Nilai: 89
Nama: MASYUDI FIRMANSYAH
Profesi: Pewarta Foto Media Makassar Kini


4) No.Kode: F35-5
Judul Foto: Pantomim Siswa Tunarungu
Total Nilai: 88
Nama: MISBACHUL MUNIR
Profesi: Wiraswasta Jogja


5.No.Kode: F18-1
Judul Foto: Akupun Mampu
Total Nilai: 87
Nama: AGUS BUDI GUNAWAN
Profesi: Pegawai di SMA Negeri 3 Temanggung


6.No.Kode: F46-9
Judul Foto: Mandi di Genangan Banjir Rob
Total Nilai: 85
Nama: GHOLIB
Profesi: Pewarta Foto di INDONESIA PRESS PHOTO, Semarang


7.No.Kode: F34-3
Judul Foto: Sang Juara
Total Nilai: 84
Nama: SUGEDE S SUDARTO
Profesi: Wiraswasta Solo


8.No.Kode: F51-1
Judul Foto: Belajar Bentuk Mulut
Total Nilai: 83
Nama: DEDDY SENENG
Profesi: PNS Temanggung


9.No.Kode: F20-6
Judul Foto: Games for Charity
Total Nilai: 81
Nama: NOVA WAHYUDI
Profesi: Pewarta Foto Palembang Expres


10.No.Kode: F39-6
Judul Foto: Catur Tunanetra
Total Nilai: 80
Nama: MUSHAFUL IMAM
Profesi: Pewarta Foto SINDO Palembang


Penghargaan Pemenang:
•Juara Pertama Rp 10.000.000 (dikurangi pajak),
•Juara Kedua Rp 5.000.000 (dikurangi pajak),
•Juara Ketiga Rp 3.000.000 (dikurangi pajak), dan
•10 foto favorit @Rp 500.000 (dikurangi pajak).

Keputusan dewan juri ini dikeluarkan di Jakarta tanggal 22 September 2014.



NAMA-NAMA PEMENANG
LOMBA MENULIS ARTIKEL Tentang ABK, PLK dan PENDIDIKAN INKLUSIF Tingkat NASIONAL Tahun 2014


JUARA 1
No.Kode: T35
Judul Naskah: Mainkan Jemarimu, Cindy!
Terbitan: Harian Singgalang, 03 Juni 2014
Total Nilai: 318
Nama: GUSNALDI SAMAN
Profesi: Wartawan Harian Singgalang


JUARA 2
No.Kode: T57
Judul Naskah: Zikrya Afifah Salsabil: Meski Tanpa Suara, Langkahnya Terus Bergerak Tanpa Batas
Terbitan: www.padangmedia.com (05 Juni 2014)
Total Nilai: 311
Nama: NITA INDRAWATI
Profesi: Redaktur Padangmedia.com


JUARA 3
No.Kode: T16
Judul Naskah: Samudera Kasih Guru Imas
Terbitan: Lampung Post, 17 Januari 2014
Total Nilai: 309
Nama: RINDA MULYANI
Profesi: Wartawan Lampung Post


Kemudian peserta yang meraih 6 TULISAN FAVORIT adalah:

1.No.Kode: T76.1
Judul Naskah: Budiono: Membimbing Tunanetra dalam Gulita
Terbitan: Harian Kompas, 23 Juni 2014
Total Nilai: 303
Nama: GREGORIUS MAGNUS FINESSO
Profesi: Wartawan Harian Kompas


2.No.Kode: T52
Judul Naskah: Peringatan Hari Autis Sedunia 2013
Terbitan: Pontianak Post, 03-04 April 2013
Total Nilai: 297
Nama: CHAIRUNNISYA
Profesi: Wartawan Pontianak Post


3.No.Kode: T66.1
Judul Naskah: Sekolah (Yang Katanya) Inklusif
Terbitan: Kartunet, 12 April 2014
Total Nilai: 284
Nama: RAFIATUL ADAWIYAH PUTRI
Profesi: Guru Pendamping Khusus SMP Lazuardi GIS Jakarta


4.No.Kode: T81
Judul Naskah: Masa Depan ABK di Era Ekonomi Kreatif
Terbitan: Radar Jember, 20 Juni 2014
Total Nilai: 280
Nama: RIRIN HANDAYANI
Profesi: Alumnus Universitas Airlangga Surabaya


5.No.Kode: T60
Judul Naskah: Siswa "SMP Terbuka" di Malaysia
Terbitan: Suara Merdeka, 17 - 18 Desember 2013
Total Nilai: 277
Nama: SATRIO WICAKSONO
Profesi: Wartawan Suara Merdeka


6.No.Kode: T21
Judul Naskah: Difabel Nasibmu Kini…
Terbitan: Harian Portibi DNP, 10 Juli 2014
Total Nilai: 275
Nama: KHAIRUDDIN ARAFAT
Profesi: Wartawan Harian Portibi DNP


Penghargaan Pemenang:
•Juara Pertama Rp 8.000.000 (dikurangi pajak) + 1 unit laptop,
•Juara Kedua Rp 7.000.000 (dikurangi pajak),
•Juara Ketiga Rp 5.000.000 (dikurangi pajak), dan
•6 Tulisan Favorit @Rp 1.000.000 (dikurangi pajak).

Keputusan dewan juri ini dikeluarkan di Jakarta tanggal 22 September 2014.



2.619 Siswa Berprestasi Uji Kemampuan Seni di FLS2N 2015

$
0
0
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hamid Muhammad, mengatakan, penyelenggaraan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ke-8 melibatkan 2.619 siswa berprestasi dari tingkat SD, SLB hingga SMA di Palembang, Sumatera Selatan

Hamid mengatakan, FLS2N 2015 dapat menjadi wahana pembuktian kompetensi putra-putri Indonesia di dalam membina bakat khususnya bidang seni yang berakar di Indonesia.

Hamid menyebutkan, sebagai apresiasi, pada FLS2N akan diberikan empat bentuk penghargaan. Pertama, sertifikat yang akan diberikan kepada seluruh peserta, juri, dan pendamping lomba. Kedua, medali yang akan diberikan kepada juara I, II, dan III. Ketiga, beasiswa prestasi yang akan diberikan kepada para pemenang I, II, III. Keempat, pemberian piala bergilir bagi juara umum FLS2N.

Sebanyak 163 medali untuk 28 cabang seni yang dilombakan pada FLS2N 2015. Medali terdiri atas 77 medali emas, 43 perak, dan 43 perunggu.

Hamid mengatakan, untuk tahun ini, Kemdikbud akan mengikutsertakan juara pada beberapa bidang lomba ke dalam kompetisi ajang internasional di tingkat SMP dan SMA pada bidang vokal grup, tari tradisional, menulis puisi, dan lomba poster.

"Khusus jenjang SMP, juara FLS2N dari bidang vokal grup, tari tradisional, dan menulis puisi. Sedangkan jenjang SMA akan dikirimkan juara dari bidang lomba poster," kata Hamid pada pembukaan FLS2N yang bertemakan "Mewujudkan Revolusi Mental Melalui Seni", di Palembang Sport Convention Center (PSCC), Sumatera Selatan, Senin (24/8/2016).

Dia menjelaskan, FLS2N merupakan ajang lomba seni tingkat nasional tahunan yang melibatkan siswa SD hingga SMA dengan proses seleksi berjenjang di setiap provinsi, dimulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Sementara, untuk perlombaan akan berlangsung selama seminggu, 23-29 Agustus.

Pelestarian Budaya


Banyak cabang seni yang ditawarkan, dari mulai seni sastra, lukis, suara, hingga senikria. Untuk seni yang memasuki kategori lomba, meliputi seni sastra yaitu cipta dan baca puisi, menulis cerpen, seni baca Alquran. Sedangkan untuk kategori festival yaitu tari kreasi berpasangan, tari tradisional, drama singkat atau fragmen. Peserta terbaik lomba akan menjadi juara sedangkan peserta terbaik dalam festival dikategorikan menjadi best performance. Yang perlu diingat, seluruh peserta mengupayakan FLS2N tahun ini sebagai arena festival yang fair, sportif, serta kompetitif.

FLS2N menjadi salah satu ajang untuk bisa melestarikan seni dan budaya kita. “Seni dan budaya memperkuat karakter bangsa, itu jelas!  Dengan diselenggarakannya kegiatan ini setiap tahunnya,  menjadi  salah satu perangkat bangsa yang menjembatani antarbu-daya, antardaerah dari Sabang sampai Merauke,” ungkap Dirjen.

Festival seperti ini penting sekali karena anak-anak Indonesia bisa lebih mengenal nusantara dan mengenal seluruh kebudayaan yang ada di Indonesia. Dan yang tak kalah pentingnya juga adalah untuk membangun ketahanan nasional yang harus dibarengi dengan  ketahanan budaya. Dari ajang yang digelar tiap tahun ini, Nampak sekali unsur yang ada mengarah pada pembangun kreativitas, pembangun inovasi, serta pembangun talenta seni. Semua itu jika berkembang dengan baik akan memastikan bahwa anak-anak Indonesia bisa  menjadi anak yang baik dan potensial.

Sejak dini, anak memang perlu diperkenalkan dengan bentuk-bentuk kesenian, seperti: seni suara, seni musik, seni tari, seni lukis, seni drama, dan lain sebagainya. Aktivitas seni pada anak dapat diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan seperti ini.

Ekspresi anak-anak tersebut akan menunjukkan seberapa cerdas dan aktifnya mereka. Diharapkan pula si anak akan pintar menampilkan permainan terbaiknya dalam bermusik atau berkesenian lainnya. Kehalusan rasa dan pribadi anak akan terbentuk dari perkembangan ekspresi seni atau berkesenian kepada anak-anak.

Gubernur berharap, hasil dari kegiatan ini, bagi yang menjadi juara tentu akan diberikan apresiasi. Menurutnya, semua siswa yang berprestasi di NTB, selalu memeroleh penghargaan, “Bukan hanya berprestasi di sisi pendidikan formalnya saja, tapi juga seni, budaya, ketrampilan-ketrampilan dan inovasi-inovasi lainnya,” tambahnya.

Melalui seni, kita juga ingin mengoptipmalkan anak-anak kita untuk cinta terhadap tanah air, karena perkembangan seni di kalangan anak-anak sekarang ini sudah mulai memudar. Dengan adanya seni tradisi budaya dari masyarakat, ini membawa pengaruh yang baik dan sungguh luar biasa.

Apapun yang dilakukan mereka, selama itu positif dan mampu membuat mereka berkembang, wajib didukung oleh siapa saja. Semoga prestasi anak-anak peserta FLS2N kali ini melebihi tahun lalu, sebab harapannya nanti bisa dibawa sampai ke lomba atau festival-festival tingkat internasional. Diharapkan pula nantinya dia akan pintar mengekspresikan dirinya di depan siapa pun.

Bermain musik dan bernyanyi tentu sangat menyenangkan, apalagi dilakukan oleh anak-anak kecil. Anak-anak juga butuh menyalurkan ekspresi mereka lewat seni musik dan seni suara.[\]

Daftar Pemenang FLS2N 2015 Kategori PKLK di Palembang

$
0
0
Lomba Cipta & Baca Puisi SDLB/MILB/SMPLB/MTsLB
Juara I, Khoiriyah [SLB A YAAT Klaten, Jawa Tengah]
Juara II, Husna Fajri Az Zahra [SLB N 1 Bantul, D.I. Yogyakarta]
Juara III, Marselina Asinta [SLB/A Karya Murni Ruteng, NTT]
Harapan I, Amrina Rossadah [SLB Laniang Makassar, Sulawesi Selatan]
Harapan II, Rts. Kurnia [SLB Sri Soedewi Jambi]
Harapan III, Fleycia Tandria Chen [SLB Cendana Rumbai, Riau]


Lomba Melukis SDLB/MILB/SMPLB/MTsLB
Juara I, Arfhila Choirunisa [SLB Negeri Kota Magelang, Jawa Tengah]
Juara II, Aftahul Taisir [SLB-B Negeri Pembina Palembang, Sumatera Selatan]
Juara III, Desi Wulansari [SLB Baso, Sumatera Barat]
Harapan I, Geogerli Stanli Lessy [SLB B Karya Kasih, Maluku]
Harapan II, Thomas Alexander [SLB B-C Kasih Bunda, D.K.I Jakarta]
Harapan III, Rosit Sahuri [SLB N 1 Gunungkidul, D.I. Yogyakarta]


Lomba Memainkan Alat Musik Modern SDLB/MILB/SMPLB/MTsLB
Juara I, Yohanes Bagus Kurniawan S. [SLB/A Dria Adi, Semarang, Jateng]
Juara II, Morentio Ridwan [SLB A  TPA Jember, Jawa Timur]
Juara III, Ari Nurul Fajri [SLB YKSB Cijeungjing, Jawa Barat]
Harapan I, Rangga Eka Putra Hermawan [SLB G Rawinala, D.K.I Jakarta]
Harapan II, M. Sandra Gunawan [SDLB N Tanjung Jabung Timur, Jambi]
Harapan III, Erick O. Sahetapy [SLBN Kota Ambon, Maluku]


Lomba MTQ SDLB/MILB/SMPLB/MTSLB
Juara I, Riski Jumiati [SLB DW Kota Bima, NTB]
Juara II, Wendi Ardiansyah [SLB ABC Bina Bangsa, Jawa Barat]
Juara III, Sisva Giasi [SLBN Kab. Pohuwato, Gorontalo]
Harapan I, Alfin Ramadhan [SLBN Semarang, Jawa Tengah]
Harapan II, M. Yassir Arafat [SMPLB Bhakti Wanita, Jawa Timur]
Harapan III, Sitti Aisyah [SLB Negeri Toli-Toli, Sulawesi Tengah]


Lomba Menyanyi Solo SDLB/MILB/SMPLB/MTsLB
Juara I, Ervin Ramadhani Savitri [SLBN Pembina Prov. NTB]
Juara II, Gresia Ephipania Surya [SLBN Balikpapan, Kalimantan Timur]
Juara III, Resti Nurfauziah [SLBN Dumai, Riau]
Harapan I, Shinta Wulan Dwi [SLB A Bina Insani, Lampung]
Harapan II, Andreas [SLBN Pembina Tk. Provinsi Papua]   
Harapan III, Jeffri Esau Latumahina [SMPLB N Kota Sorong, Papua Barat]

Dirjen Dikdasmen: Hanya 10% dari 1,6 Juta ABK yang Bersekolah

$
0
0
Pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat menggelar Gebyar Pendidikan Khusus dan Pelayanan Khusus di Kota Padang.

"Acara tersebut digelar tiap tahun sebagai wadah bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk mendapat pelayanan setara dengan anak lainnya," kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad dalam sambutannya.

Dalam sambutannya Dirjen Dikdasmen mengatakan, angka partisipasi pendidikan khusus masih rendah yaitu hanya 10-11 persen  yang mendapatkan pendidikan khusus dari dari jumlah total 1,6 juta anak berkebutuhan khusus di Tanah Air.

"Kementerian sudah menjamin, ada bantuan bagi setiap anak berkebutuhan khusus, dibiayai oleh pemerintah untuk setiap kalangan keluarga," katanya.

Mulai tahun 2015, ia mengatakan, wajib belajar 12 tahun dimulai sehingga anak-anak yang masuk usia SD harus bisa dijamin sampai lulus SMA sederajat, termasuk anak dari sekolah luar biasa (SLB).

"Kami akan berupaya menyosialisasikan wajib belajar 12 tahun selambatnya hingga 2020. "Anak-anak Indonesia harus lulus SMA atau SMK. Target pemerintah sebanyak 97 persen angka partisipasi tercapai," ujarnya.

Ia mengatakan, acara tersebut juga menjadi sarana bagi ABK untuk menunjukkan kemampuannya melalui kegiatan non akademik seperti kegiatan seni.

"ABK memang kurang menonjol dalam kemampuan akademik, sehingga aktivitas mereka di luar akademik sangat perlu didorong untuk meningkatkan keterampilannya," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Syamsulrizal mengatakan, penyelenggaraan acara tersebut diharapkan dapat meningkatkan perhatian orang tua dan sekolah pada ABK.

"Sesuai amanat Undang-undang, pelayanan pendidikan yang terbaik harus diberikan pada setiap anak tanpa memandang keadaan mereka," katanya.

Dirjen mengatakan, salah satu tujuan diselenggarakannya Gebyar PKLK setiap tahun adalah untuk mempromosikan PKLK. Diharapkan, ke depannya tidak ada lagi anak-anak  berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan layanan pendidikan. “Ayo cari anak-anak kita yang berkebutuhan khusus untuk bisa masuk ke lembaga pendidikan khusus.  Kemendikbud sudah menjamin ada program afirmasi untuk semua anak yang berkebutuhan khusus dan dibiayai pemerintah, baik dari keluarga miskin, menengah bahkan dari keluarga kaya sekalipun itu dijamin oleh pemerintah,” tegas Hamid.

Ia juga mengimbau para orang tua agar tidak malu memasukkan anak-anaknya yang berkebutuhan khusus ke sekolah karena setiap anak memiliki potensi berbeda, termasuk anak berkebutuhan khusus. “Tidak ada istilahnya  tuna bagi anak berkebutuhan khusus. Mereka punya kapasitas yang berbeda, karena itu sering disebut difabel (different fability). Jadi  potensinya itu berbeda dengan  anak regular, ujarnya.

Melalui Gebyar PKLK, Kemdikbud ingin menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang bisa menunjukkan eksistensinya dan bisa menunjukkan kemampuannya yang bukan diukur dari segi akademik.  Kinerja anak berkebutuhan khusus ditunjukkan oleh kemampuan dirinya untuk mengaktualisasikan potensinya.

“Mari kita dorong anak-anak kita untuk meningkatkan keterampilannya melalui program Gebyar PKLK ini. Mari kita sebarkan ke semua pelosok daerah. Pertama, cari anak kita yang berkebutuhan khusus, lalu dorong mereka bersekolah. Kalau tidak ada sekolah, kita bangun. Kalau pemerinth belum mampu semuanya, ada pendidikan inklusi yang bisa kita masukkan di sana. Tidak ada istilah anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak bersekolah. Semuanya kita layani dengan sebaik-baiknya,” tutur Hamid.

Sementara itu Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan kebutuhan Khusus (PPKLK) Renani Pantjastuti mengatakan Gebyar dan Lomba Keberbakatan PKLK 2015 diikuti sebanyak 206 peserta dari seluruh propinsi di Indonesia.

"Tahun ini terdapat beragam kegiatan yang diselenggarakan pada perhelatan tahunan ini dan terbagi dalam kategori-kategori pada kedua jenis kegiatan, seperti kategori manajemen produk unggulan sekolah, unjuk karya pembuatan produk unggulan, dan kreasi tampilan stand Bhineka Tunggal Ika untuk setiap provinsi. Ketiga kategori ada di dalam Gebyar Pameran Produk Unggulan Sekolah," ujarnya.

Sedangkan untuk Lomba Keberbakatan atau Pentas Siswa Berbakat, kata dia, ada tiga kategori lomba yang akan dilaksanakan. Di antaranya, kategori lomba musik untuk siswa Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP)[\]

Daftar Pemenang Gebyar PKLK 2015 di Padang

$
0
0
PRESTASI PEMBINAAN KETERAMPILAN
Juara I, Dra. Made Murdani MPd. [SLB-B Negeri Pembina Tk. Nasional Jimbaran, Bali]
Juara II, Solbi SPd, MPd [SLB Prof. Dr. Sri Soedewi, MS., SH Jambi]
Juara III, Muh. Basuni MPd. [SLB Negeri 1 Bantul, D.I. Yogyakarta]
Harapan I, Ratmartini [SLB Negeri 01 Jakarta, DKI Jakarta]
Harapan II, Atut Yuliarni SPd. [SLB Negeri Banjarnegara, Jawa Tengah]
Harapan III, Riniatun SPd. [SLB Kartini Batam, Kepulauan Riau]


KETERAMPILAN  HANTARAN

Juara I, Serina Ayu Andeni [SLB Prof. Dr. Sri Soedewi, Jambi]
Juara II, Thomas Alexander [SLB Kasih Bunda, DKI Jakarta]
Juara III, Nia Erika Panggabean [SLB E Negeri Pembina Medan, Sumatera Utara]
Harapan I, Charles Kwakwa Dalay [SLB Negeri Pembina Tingkat Provinsi Papua]
Harapan II, Ni Kadek Ariani [SLB B Negeri PTN Jimbaran, Bali]
Harapan III, Miranti [SLBN 1 Palangkaraya, Kalimantan Tengah]


MELUKIS
Juara I, Agung Fadilah [SLB N Budi Utama Kota Cirebon, Jawa Barat]
Juara II, Alit Gandi Timur [SMALB Banjarnegara, Jawa Tengah]
Juara III, Rivasari Nur Khairiyah [SLB Negeri 2 Bantul, D.I. Yogyakarta]
Harapan I, Dian Jovita [SLB B Pangudi Luhur DKI Jakarta]
Harapan II, Dedi Guntoro [SLB Negeri Tenggarong, Kalimantan Timur]
Harapan III, Mela Amanah [SLB Negeri Pembina Pekan Baru, Riau]


KETERAMPILAN MENJAHIT
Juara I, Fitri Fatimah [SLB N 1 Palangkaraya, Kalimantan Tengah]
Juara II, Muh. Reza [SLB Pembina Tk. Provinsi Sulawesi Selatan]
Juara III, Baiq Nurlaili Maesuri [SLBN Selong, NTB]
Harapan I,  Nur Yulianti [SKh Negeri 01 Pembina Pandeglang    Banten]
Harapan II, Wa Ode Masrida [SMALB Amet Jaya Raha, Sulawesi Tenggara]
Harapan III, Cici Naladia [SMALB YPPLB Padang, Sumatera Barat]


KETERAMPILAN TATA BOGA
Juara I, Yusefiani [SLB Negeri 2 Padang, Sumatera Barat]
Juara II, Widya [SLB Negeri 1 Bantul, DI Yogyakarta]
Juara III, Cici Hardiati [SLB Negeri Tenggarong, Kalimantan Timur]
Harapan I, Maria Elcrista Benga Lepan [SLB Negeri Pembina Tk. Provinsi Papua]
Harapan II, Anita Mei Lestari [SLB Negeri Cicendo, Jawa Barat]
Harapan III, Farah Putri Rafani [SLB Sri Soedewi Masjchun Sofwan Jambi]   

Pemerintah Beri Bantuan 300 Paket Perlengkapan Sekolah Bagi Siswa Wamena

$
0
0
Pemerintah pusat melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan bantuan 300 paket perlengkapan belajar bagi siswa SD-SMA Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Sebanyak 300 paket perlengkapan sekolah yang berisikan diantaranya sepatu, tas, seragam sekolah, dan alat tulis senilai Rp 150 juta. Masing-masing 100 paket diberikan kepada SD YPPGI Anigou Wamena, SMP YPPGI Anigou Wamena, dan SMA YPPGI Anigou Wamena.

Kepala SMA YPPGI Anigou Wamena, Isak Kogoya, mewakini pihak tiga sekolah dan pihak YPPGI menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Presiden RI dan Mendikbud yang memberikan bantuan 300 paket perlengkapan belajar bagi siswanya. "Dengan bantuan dari pemerintah ini, menjadi bukti perhatian pemerintah bagi anak-anak pegunungan Jayawijaya," katanya.

Di lokasi yang sama, Kepala SMP YPPGI Anigou Wamena, Panus Wenda menyampaikan dengan bantuan pemerintah ini menambah semangat anak-anak pegunungan untuk belajar. Dia juga menyampaikan masih banyak anak-anak gunung yang belum bisa berkesempatan bersekolah akibat banyak faktor, diantara letak goegrafis rumahnya menuju sekolah, dan juga faktor ekonomi keluarga.

"Kami tidak memandang suku atau golongan ekonomi mereka. Sebisa sekolah dapat kami tampung maka Kami terima, teritama anak-anak gunung yang ingin bersekolah. Bahkan ada juga anak penyadang tunadaksa yang bersekolah disini," kata Panus. 

Wamena adalah sebuah distrik di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, Indonesia, sekaligus merupakan ibu kota kabupaten tersebut. Di Wamena terletak lapangan terbang yang menghubungkan wilayah Jayawijaya dengan Jayapura dan Kabupaten pemekaran lainnya seperti Kabupaten Lanny Jaya, Yahukimo, Tolikara dan lainnya.

Wamena merupakan satu-satunya kota terbesar yang terletak di pegunungan tengah Papua atau Pegunungan Jayawijaya. Ibu kota kabupaten ini terletak di Wamena yang terletak di Lembah Baliem. Lembah Baliem lebih terkenal sehingga banyak orang menyebut Lembah Baliem identik dengan Jayawijaya atau Wamena. Dalam literatur asing Lembah Baliem juga sering disebut sebagai Lembah Agung. Wamena berasal dari bahasa Dani yang terdiri dari dua kata Wa dan Mena, yang berarti Babi Jinak.

Luas wilayah Wamena 249,31- km² dengan jumlah penduduk sekitar 48.640. Orang Dani di lembah Baliem (Wamena) biasa disebut sebagai "Orang Dani Lembah". Rata-rata kenaikan populasi orang Dani sangat rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, salah satu penyebabnya adalah keengganan pada ibu untuk mempunyai anak lebih daripada dua yang menyebabkan rendahnya populasi orang Dani di Lembah Baliem. Sikap berpantang pada ibu selama masih ada anak yang masih disusui, membuat jarak kelahiran menjadi jarang. Hal ini selain tentu saja karena adat istiadat mereka, mendorong terjadinya poligami.

Mata pencaharian utama masyarakat Jayawijaya adalah bertani, dengan sistem pertanian tradisional. Makanan pokok masyarakat asli Jayawijaya adalah ubi jalar, keladi dan jagung sehingga pada areal pertanian mereka dipenuhi dengan jenis tanaman makanan pokok ini.

Lembah Baliem adalah areal luas yang sangat subur sehingga cocok untuk berbagai jenis komoditi pertanian yang dikembangkan tanpa pupuk kimia. Padi sawah juga mulai berkembang di daerah ini kerena penduduk Dani sudah mengenal cara bertani padi sawah. Begitupun komoditas perkebunan lainnya kini dikembangkan adalah kopi Arabika.

Transportasi

Sementara transportasi Kabupaten Jayawijaya atau ke Wamena hingga saat ini masih mengandalkan perhubungan udara, trayek komersil Wamena-Jayapura yang (pada tahun 2011) dilayani oleh dua maskapai penerbangan yaitu Trigana dan Nusantara Air Charter. Dahulu trayek ini pernah dilayani oleh antara lain oleh Merpati Nusantara, Manunggal Air, dan Aviastar. Trayek Wamena-Biak maupun Wamena-Merauke biasanya dilayani oleh penerbangan TNI AURI dengan pesawat Hercules C130 nya.

Semua jenis barang, baik barang kebutuhan pokok masyarakat, bahan bangunan seperti semen, besi beton, kendaraan seperti mobil, truk, bus hingga alat berat seperti buldozer maupun excavator serta kebutuhan bahan bakar minyak (bensin dan solar) diangkut ke Wamena menggunakan pesawat terbang.

Sedangkan transportasi darat yang menghubungkan Wamena dengan empat puluh distrik (hasil pemekaran distrik tahun 2011) di kabupaten Jayawijaya, sudah dapat dijangkau dengan kendaraan beroda empat atau setidaknya dengan kendaraan roda dua. Jalan darat menghubungkan Wamena dengan ibu kota kabupaten hasil pemekaran yaitu ke Tiom (kabupaten Kabupaten Lanny Jaya), Karubaga (Kabupaten Tolikara), Elelim (Kabupaten Yalimo). Jalan darat hingga ke Distrik Kurima di Kabupaten Yahukimo juga sudah ada, namun kendala longsor yang selalu terjadi di Sungai Yetni membuat bagian jalan ini tidak selalu dapat dilalui dengan kendaraat beroda empat.

Sebuah ruas jalan yang diharapkan dapat menghubungkan Wamena dengan Kenyam (Kabupaten Nduga) sedang dibangun, namun karena jalan ini melintas dalam kawasan Taman Nasional Lorentz, untuk sementara pembangunan jalan ini sedang ditunda menunggu kajian lebih lanjut.

Geografis

Kabupaten Jayawijaya berada di hamparan Lembah Baliem (Wamena), sebuah lembah aluvial yang terbentang pada areal ketinggian 1500-2000 m di atas permukaan laut.

Lantara letaknya ditengah provinsi, lembah Baliem ini dianggap sebagai “jantungnya” suku-suku di Papua yang pada akhirnya menyebar ke seluruh wilayah di pulau terbesar di dunia itu.

Temperatur udara bervariasi antara 14,5 derajat Celcius sampai dengan 24,5 derajat Celcius. Dalam setahun rata-rata curah hujan adalah 1.900 mm dan dalam sebulan terdapat kurang lebih 16 hari hujan. Musim kemarau dan musim penghujan sulit dibedakan. Berdasarkan data, bulan Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan curah hujan terendah ditemukan pada bulan Juli.

Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, antara lain: Puncak Trikora (4.750 m), Puncak Mandala (4.700 m) dan Puncak Yamin (4.595 m). Pegunungan ini amat menarik wisatawan dan peneliti Ilmu Pengetahuan Alam karena puncaknya yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis. Lereng pegunungan yang terjal dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi ciri khas pegunungan ini. Cekungan lembah sungai yang cukup luas terdapat hanya di Lembah Baliem Barat dan Lembah Baliem Timur (Wamena).

Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah memberi peluang pada hutan iklim sedang berkembang cepat di lembah ini. Ekosistem hutan pegunungan berkembang di daerah ketinggian antara 2.000–2.500 m di atas permukaan laut.

Mata pencaharian utama masyarakat Jayawijaya adalah bertani, dengan sistem pertanian tradisional. Makanan pokok masyarakat asli Jayawijaya adalah ubi jalar, keladi dan jagung sehingga pada areal pertanian mereka dipenuhi dengan jenis tanaman makanan pokok ini.

Pemerintah Kabupaten Jayawijaya berusaha memperkenalkan jenis tanaman lainnya seperti berbagai jenis sayuran (kol, sawi, wortel, buncis, kentang, bunga kol, daun bawang dan sebagainya) yang kini berkembang sebagai barang dagangan yang dikirim ke luar daerah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Lembah Baliem adalah areal luas yang sangat subur sehingga cocok untuk berbagai jenis komoditi pertanian yang dikembangkan tanpa pupuk kimia. Padi sawah juga mulai berkembang di daerah ini kerena penduduk Dani sudah mengenal cara bertani padi sawah. Begitupun komoditas perkebunan lainnya kini dikembangkan adalah kopi Arabika.[\]

sumber
Tabloid Spirit 76

Rakor PKLK 2016: Permasalahan dan Tantangan Pendidikan ABK 2015-2019

$
0
0
Sejalan dengan seruan International Education for All (EFA) yang dikumandangkan UNESCO sebagai kesepakatan global yaitu World Education Forum di Dakar, Senegal Tahun 2000 bahwa penuntasan EFA diharapkan tercapai pada tahun 2015. Namun pada kenyataannya sampai dengan akhir tahun 2015 Education For All (EFA) belum sepenuhnya dapat tercapai.

Permasalahan dan tantangan pembangunan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus periode 2015-2019:

a. Program masih diorientasikan untuk beberapa jenis kelainan saja, dan belum menjangkau terhadap semua anak berkelainan sesuai dengan proporsinya.

b. Dengan disahkannya UU Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa Direktorat Pembinaan PKLK memiliki fungsi dan tugas tidak hanya untuk membina pendidikan khusus tetapi juga termasuk pendidikan layanan khusus.

c. Belum adanya pendataan anak berkelainan dan berkecerdasan istimewa, serta yang tak beruntung secara geografis, sosial, ekonomis, dan kultural, khususnya mereka yang belum mendapatkan layanan pendidikan sehingga data yang dimiliki belum memberikan informasi yang tepat.

d. Memory of Understanding (MoU) dengan negara asing belum dilakukan secara cermat dan maksimal, sehingga hasil dari kerja sama tersebut belum menghasilkan produktivitas yang tinggi.

e. Belum optimalnya keterlibatan Sektor lain yang terkait, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Agama, kementerian Sosial, dan Badan Pusat Statistik dalam layanan pendidikan bagi ABK.

f. Secara keorganisasian, masih ada beberapa dinas pendidikan propinsi yang tidak membentuk struktur yang khusus menangani PKLK.

g. Walaupun berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 telah disebutkan secara eksplisit tentang layanan pendidikan khusus pada bagian kesebelas pasal 32, dalam beberapa peraturan dan rencana program di tingkat nasional maupun kementerian tidak menuliskan secara eksplisit tentang layanan pendidikan khusus.


Sementara itu, secara khusus berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan inklusif, sejumlah hambatan yang dihadapi, antara lain:

a. Belum semua propinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia memiliki Perda/Surat Edaran khusus tentang implementasi Pendidikan Inklusif.

b. Kurangnya Komitmen Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan pendidikan inklusif.

c. Sebagian besar Komite Sekolah belum mengambil peran aktif dalam menunjang implementasi pendidikan inklusif

d. Organisasi-organisasi profesi dan yang terkait dengan ABK  belum berperan secara aktif dalam implementasi pendidikan inklusif

e. Sebagian besar Perguruan Tinggi belum berperan aktif dalam implementasi pendidikan inklusif

f. Pemahaman Kepala Sekolah, guru dan pengambil kebijakan di daerah terhadap konsep dasar pendidikan inklusif masih terbatas dan bervariasi.

g. Terbatasnya jumlah guru pembimbing khusus/guru kunjung dari Sekolah Khusus terdekat ke sekolah inklusi

h. SDM yang ada di sekolah inklusif, sebagian besar mengalami kesulitan dalam melakukan modifikasi kurikulum, maupun assesmen akademik dan non akademik ABK .

i. Sebagian besar sekolah belum mempunyai ruang layanan khusus (assessmen room)

j. Sistem penerimaan siswa baru yang menerapkan sistem on-line tanpa ada kuota untuk ABK, menyulitkan anak berkebutuhan khusus diterima di sekolah reguler

k. Sebagian besar orang tua dan masyarakat berpendapat bahwa anak cacat sebaiknya bersekolah di sekolah khusus, sedangkan sebagian berpendapat bahwa anak cacat sebaiknya bersekolah di sekolah regular untuk perkembangan sosialnya. Sikap ini mempengaruhi jumlah siswa yang masuk di sekolah reguler.


Sedangkan isu-isu strategis pembinaan pendidikan khusus dan layanan khusus adalah:

a. Meningkatkan angka partisipasi anak yang berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta anak yang tak beruntung secara geografis, sosial, ekonomis, dan kultural, dalam memperoleh pendidikan yang bermutu baik pada sekolah luar biasa maupun melalui pendidikan inklusif.

b. Meningkatkan mutu pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus untuk semua jenis dan jenjang pendidikan.

c. Meningkatkan relevansi layanan pendidikan bagi anak yang berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa baik yang bersifat akademik maupun non akademik, sehingga mereka dapat mencapai kemandirian secara sosial, ekonomis, dan atau psikologis.

d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen  pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, sehingga menunjukkan produktivitas yang tinggi.

e. Mengoptimalkan implementasi penerapan ipteks dalam memperlancar proses pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

f. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung kelangsungan penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.


Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dengan mengacu kepada Nawa Cita maka ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 adalah Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong, sedangan Misinya adalah:
a. Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat
b. Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata dan Berkeadilan
c. Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
d. Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan Pengembangan Bahasa
e. Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas Birokrasi dan Pelibatan Publik

Visi Direktorat Jenderal Dikdasmen adalah Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan Dasar dan Menengah yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong. Sedangkan misinya adalah:
a. Mewujudkan Pelaku Pendidikan Dasar dan Menengah yang Kuat
b. Meningkatkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan
c. Meningkatkan Standar Pendidikan menuju Pendidikan Dasar dan Menengah yang bermutu
d. Menguatkan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan publik


Sementara Visi Direktorat Pembinaan PKLK 2019 yaitu terwujudnya insan dan ekosistem pendidikan khusus dan layanan khusus yang berkarakter, mandiri, dan tidak diskriminatif dengan berlandaskan gotong royong. Dan misinya adalah:
a. Mewujudkan pelaku pendidikan khusus dan layanan khusus yang kuat di semua jenis dan jenjang
b. Mendekatkan akses pendidikan khusus dan layanan khusus dengan domisili peserta didik yang merata dan meluas.
c. Mewujudkan pembelajaran yang bermutu, inklusif, dan sesuai dengan karakteristik peserta didik
d. Menguatkan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan publik


Tujuan Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
a. Penguatan Peran Siswa dalam Ekosistem Pendidikan
b. Peningkatan Akses Dikdasmen dan Anak Berkebutuhan Khusus
c. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan Karakter
d. Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel


Tujuan Strategis Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
a. Penguatan Peran Siswa Berkebutuhan Khusus dalam Ekosistem Pendidikan
b. Peningkatan Akses Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
c. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan Karakter
d. Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel


Tata nilai Direktorat Pembinaan PKLK yaitu memiliki integritas, kreatif dan inovatif, inisiatif, pembelajar, menjunjung meritokrasi, terlibat aktif, dan tanpa pamrih.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada Subdit Kelembagaan dan Sarana Prasarana diantaranya adalah Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan, Pendidikan Kewirausahaan ABK, Manajemen berbasis sekolah pada pendidikan khusus dan layanan khusus, Manajemen berbasis sekolah pada pendidikan khusus dan layanan khusus, dan Peningkatan daya tampung.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada Subdit Kurikulum yaitu: Pendidikan jasmani adaktif, Pendidikan Kewirausahaan ABK, Implementasi Kurikulum Pendidikan Khusus, Pembelajaran jarak jauh, dan Pendidikan Transisi.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada Subdit Subdit Peserta Didik yaitu: Penumbuhan Budi Pekerti, Pengasuhan orang tua, Program afirmasi pendidikan, Sekolah Ramah Anak, Bina Kreasi, Bakat dan Potensi Peserta Didik, Literasi, dan Pencegahan putus sekolah.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada Subdit Subdit Program dan Evaluasi yaitu: Jaringan Kemitraan, Gerakan Pendidikan Inklusif, Pendidikan Kebencanaan, Sekolah Indonesia di Luar Negeri, Perencanaan, pelaporan dan standarisasi pembiayaan, Data-informasi dan publikasi.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada  Subbag Tata Usaha yaitu Tata kelola dan akuntabilitas.


Rencana Capaian Kinerja Direktorat Pembinaan PKLK Tahun 2016
  • Jumlah siswa /anak berkebutuhan khusus penerima bantuan atau beasiswa sebanyak 150.172 siswa; Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB/SM Inklusi/SM Cibi/SM keberbakatan yang menerima BOS sebanyak 2.100 sekolah;
  • Jumlah pusat pengembangan PKLK yang dibangun sebanyak 43 sekolah;
  • Jumlah ruang kelas SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang direhabilitasi sebanyak 500 unit;
  • Jumlah sentra/sub sentra/SLB pembina yang direhabilitasi sebanyak 6 ruang;
  • Jumlah unit SDLB/SMPLB/SMLB baru yang dibangun sebanyak 20 unit;
  • Jumlah ruang kelas baru yang dibangun sebanyak 258 unit;
  • Jumlah asrama siswa yang dibangun sebanyak 20 ruang;
  • Jumlah paket layanan pendidikan pada SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang melaksanakan kurikulum yang berlaku sebanyak 1.576 unit;
  • Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan perpustakaan/Pusat Sumber Belajar (PSB) sebanyak 120 sekolah;
  • Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan Ruang sebanyak 100 ruang;
  • Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang melaksanakan ekstrakurikuler sebanyak 1.500 ruang;
  • Jumlah siswa yang mengikuti lomba, festival, dan olimpiade sebanyak 3.747 siswa;
  • Jumlah sekolah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan peralatan pendidikan sebanyak 206 sekolah;
  • Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan ruang penunjang lainnya sebanyak 79 paket;
  • Jumlah provinsi/kabupaten/kota berwawasan pendidikan inklusif sebanyak 35 daerah;
  • Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan pembinaan akreditasi menuju SSN sebanyak 206 daerah;
  • Jumlah sekolah/lembaga daerah 3T dan Klaster 4 mendapat pendidikan layanan khusus yang berkualitas sebanyak 350 sekolah;
  • Jumlah daerah bencana alam/bencana sosial yang mendapat pendidikan layanan khusus sebanyak 450 sekolah;
  • Jumlah lembaga yang mendapat pendidikan layanan khusus (termasuk lapas/lapas anak) sebanyak 110 lembaga;
  • Kegiatan yang mendapat dukungan manajemen dan layanan teknis PKLK sebanyak 19 lembaga;
  • Jumlah siswa SM yang mendapatkan program afirmasi/layanan khusus pendidikan menengah sebanyak 4.261 siswa;
  • Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB yang menerapkan pendidikan karakter sebanyak 950 sekolah;
  • Jumlah Sekolah Terbuka, Sekolah berasrama, Sekolah Terintegrasi dan/atau Sekolah Darurat sebanyak 30 sekolah;
  • Jumlah kab/kota yang mendapat dukungan bidang pendidikan menengah terhadap kawasan-kawasan khusus dan strategis sebanyak 20 daerah;
  • Jumlah bidang lomba/olimpiade, festival, debat, dan unjuk prestasi SMLB tingkat nasional dan internasional sebanyak 15 bidang lomba;
  • Jumlah SMLB rujukan sebanyak 74 sekolah

Rakor PKLK 2016: Rencana Capaian Kinerja Direktorat PPKLK Tahun 2016

$
0
0
Berikut ini adalah Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/ Indikator (IKSS,IKP,IKK) pada Direktorat Pembinaan PKLK Dikdasmen Kemdikbud tahun 2016:
  1. Jumlah siswa /anak berkebutuhan khusus penerima bantuan atau beasiswa sebanyak 150.172 siswa;
  2. Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/ SLB/ SM Inklusi/ SM Cibi/SM keberbakatan yang menerima BOS sebanyak 2.100 sekolah;
  3. Jumlah pusat pengembangan PKLK yang dibangun sebanyak 43 sekolah;
  4. Jumlah ruang kelas SDLB/SMPLB/ SMLB/SLB yang direhabilitasi sebanyak 500 unit;
  5. Jumlah sentra/sub sentra/SLB pembina yang direhabilitasi sebanyak 6 ruang;
  6. Jumlah unit SDLB/SMPLB/SMLB baru yang dibangun sebanyak 20 unit;
  7. Jumlah ruang kelas baru yang dibangun sebanyak 258 unit;
  8. Jumlah asrama siswa yang dibangun sebanyak 20 ruang;
  9. Jumlah paket layanan pendidikan pada SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang melaksanakan kurikulum yang berlaku sebanyak 1.576 unit;
  10. Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan perpustakaan/Pusat Sumber Belajar (PSB) sebanyak 120 sekolah;
  11. Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan Ruang sebanyak 100 ruang;
  12. Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang melaksanakan ekstrakurikuler sebanyak 1.500 ruang;
  13. Jumlah siswa yang mengikuti lomba, festival, dan olimpiade sebanyak 3.747 siswa;
  14. Jumlah sekolah SDLB/ SMPLB/ SMLB/SLB yang mendapatkan peralatan pendidikan sebanyak 206 sekolah;
  15. Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan ruang penunjang lainnya sebanyak 79 paket;
  16. Jumlah provinsi/kabupaten/kota berwawasan pendidikan inklusif sebanyak 35 daerah;
  17. Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB/SLB yang mendapatkan pembinaan akreditasi menuju SSN sebanyak 206 daerah;
  18. Jumlah sekolah/lembaga daerah 3T dan Klaster 4 mendapat pendidikan layanan khusus yang berkualitas sebanyak 350 sekolah;
  19. Jumlah daerah bencana alam/bencana sosial yang mendapat pendidikan layanan khusus sebanyak 450 sekolah;
  20. Jumlah lembaga yang mendapat pendidikan layanan khusus (termasuk lapas/lapas anak) sebanyak 110 lembaga;
  21. Kegiatan yang mendapat dukungan manajemen dan layanan teknis PKLK sebanyak 19 lembaga;
  22. Jumlah siswa SM yang mendapatkan program afirmasi/layanan khusus pendidikan menengah sebanyak 4.261 siswa;
  23. Jumlah SDLB/SMPLB/SMLB yang menerapkan pendidikan karakter sebanyak 950 sekolah;
  24. Jumlah Sekolah Terbuka, Sekolah berasrama, Sekolah Terintegrasi dan/atau Sekolah Darurat sebanyak 30 sekolah;
  25. Jumlah kab/kota yang mendapat dukungan bidang pendidikan menengah terhadap kawasan-kawasan khusus dan strategis sebanyak 20 daerah;
  26. Jumlah bidang lomba/olimpiade, festival, debat, dan unjuk prestasi SMLB tingkat nasional dan internasional sebanyak 15 bidang lomba;
  27. Jumlah SMLB rujukan sebanyak 74 sekolah

Tata nilai & Arah Kebijakan

Tata nilai Direktorat Pembinaan PKLK yaitu memiliki integritas, kreatif dan inovatif, inisiatif, pembelajar, menjunjung meritokrasi, terlibat aktif, dan tanpa pamrih.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada Subdit Kelembagaan dan Sarana Prasarana diantaranya adalah Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan, Pendidikan Kewirausahaan ABK, Manajemen berbasis sekolah pada pendidikan khusus dan layanan khusus, Manajemen berbasis sekolah pada pendidikan khusus dan layanan khusus, dan Peningkatan daya tampung.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada Subdit Kurikulum yaitu: Pendidikan jasmani adaktif, Pendidikan Kewirausahaan ABK, Implementasi Kurikulum Pendidikan Khusus, Pembelajaran jarak jauh, dan Pendidikan Transisi.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada Subdit Subdit Peserta Didik yaitu: Penumbuhan Budi Pekerti, Pengasuhan orang tua, Program afirmasi pendidikan, Sekolah Ramah Anak, Bina Kreasi, Bakat dan Potensi Peserta Didik, Literasi, dan Pencegahan putus sekolah.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada Subdit Subdit Program dan Evaluasi yaitu: Jaringan Kemitraan, Gerakan Pendidikan Inklusif, Pendidikan Kebencanaan, Sekolah Indonesia di Luar Negeri, Perencanaan, pelaporan dan standarisasi pembiayaan, Data-informasi dan publikasi.

Arah kebijakan dan strategi Dit.PPKLK pada  Subbag Tata Usaha yaitu Tata kelola dan akuntabilitas.

Visi dan Misi

Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dengan mengacu kepada Nawa Cita maka ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 adalah Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong, sedangan Misinya adalah:
a. Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat,
b. Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata dan Berkeadilan,
c. Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu,
d. Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan Pengembangan Bahasa,
e. Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas Birokrasi dan Pelibatan Publik.

Visi Direktorat Jenderal Dikdasmen adalah Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan Dasar dan Menengah yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong. Sedangkan misinya adalah:
a. Mewujudkan Pelaku Pendidikan Dasar dan Menengah yang Kuat,
b. Meningkatkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan,
c. Meningkatkan Standar Pendidikan menuju Pendidikan Dasar dan Menengah yang bermutu,
d. Menguatkan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan publik.

Sementara Visi Direktorat Pembinaan PKLK 2019 yaitu terwujudnya insan dan ekosistem pendidikan khusus dan layanan khusus yang berkarakter, mandiri, dan tidak diskriminatif dengan berlandaskan gotong royong. Dan misinya adalah:
a. Mewujudkan pelaku pendidikan khusus dan layanan khusus yang kuat di semua jenis dan jenjang,
b. Mendekatkan akses pendidikan khusus dan layanan khusus dengan domisili peserta didik yang merata dan meluas,
c. Mewujudkan pembelajaran yang bermutu, inklusif, dan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
d. Menguatkan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan publik.

Tujuan Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah:
a. Penguatan Peran Siswa dalam Ekosistem Pendidikan,
b. Peningkatan Akses Dikdasmen dan Anak Berkebutuhan Khusus,
c. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan Karakter,
d. Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel.

Tujuan Strategis Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus:
a. Penguatan Peran Siswa Berkebutuhan Khusus dalam Ekosistem Pendidikan.
b. Peningkatan Akses Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus.
c. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan Karakter.
d. Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel.[\]

Sumber
Tabloid SPIRIT 78

Bimtek Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana, Sekolah Siaga Bencana

$
0
0
Bencana dan Risiko Bencana suatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan untuk dapat mengurangi risiko bencana mulai dari pencegahan, mitigasi, kesiapsigaan, peringatan dan perencenaan yang baik untuk menghadapi ancaman yang ada di sekitar kita, di dalam siklus penanggulangan bencana hal ini dinamakan dengan manajemen risiko.

Manajemen risiko dilakukan jauh sebelum bencana terjadi, salah satunya adalah penguatan kapasitas dengan pengetahuan dan pendidikan baik di masyarakat ataupun di sekolah.

Pendidikan bencana menjadi penting diaplikasikan ke dalam pendidikan sekolah,baik melalui kurikulum, muatan lokal ataupun pengintegrasian ke dalam pelajaran sekolah.

Berbagai bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia telah memberikan dampak negatif besar terhadap sektor perekonomian, sosial, dan pendidikan. Nilai ekonomis dari kerusakan fasilitas pendidikan yang disebabkan oleh bencana juga menimbulkan kerugian yang sangat signifikan. Keadaan ini tidak dapat dihindari, mengingat topografi kepulauan Indonesia yang terbentuk dari titik-titik pertemuan lempeng bumi.

Di bagian barat, lempeng Eurasia bertumbukan langsung dengan lempeng Indo-Australia, dan di bagian timur pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Filipina, Pasifik dan Australia. Sedikitnya ada 23 provinsi yang masuk dalam kategori risiko tinggi terhadap gempa bumi di Indonesia.

Hal ini berarti akan berdampak pada lebih dari 130.000 bangunan sekolah yang berpotensi terhantam gempa bumi dan juga mengancam siswa sekolah beserta seluruh fasilitasnya, seperti peristiwa gempa bumi di Padang yang telah menghancurkan sekolah dan banyak siswa sekolah yang menjadi korban dalam bencana tersebut.

Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang matang dalam penanggulangan bencana, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah, terpadu menyeluruh dan sistematis. Agar penanggulangan yang dilakukan tidak tumpang tindih dan dalam rangka membangun bangsa yang tangguh terhadap bencana, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana pasal 35 dan 36, mengamanatkan agar upaya penanggulangan bencana di setiap daerah melalui perencanaan penanggulangan bencana yang baik. Sebagai salah satu unsur penyelenggaraan penanggulangan bencana, sekolah memegang peranan penting, termasuk dalam memberikan pendidikan pengurangan risiko bencana pada masyarakat.

Kebutuhan pendidikan pengurangan risiko bencana telah diakomodasi oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (Sistem Pendidikan Nasional) dalam pasal 32 ayat (2) yang menyebutkan bahwa “pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari aspek ekonomi".

Berkaitan dengan hal tersebut perlu diupayakan membangun kesiapsiagaan sekolah terhadap bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur dalam bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi yang diwujudkan dalam bentuk Sekolah Siaga Bencana.

Maka pada Bulan Maret 2016,  Direktorat PPKLK Kemdikbud telah menyelenggarakan Bimbingan Teknis Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana, di Yogyakarta yang dihadiri oleh unsur lembaga penjamin mutu pendidikan, unsur dinas pendidikan provinsi, tim satgas bencana Direktorat PPKLK, unsur organisasi mitra sekolah aman, dan unsur sekolah luar biasa.

Adapun materi bimtek ini diantaranya adalah
1. Peta Bencana Nasional
2. Roadmap Sekolah Aman
3. Konsep Sekretariat Bersama Penanggulangan Bencana
4. Pengenalan terhadap Bencana Banjir dan Penyelamatannya
5. Konsep Sekolah Madrasah Aman Bencana
6. Pengenalan terhadap Bencana Tanah Longsor dan Penyelamatannya
7. Pengenalan terhadap Bencana Gunung Meletus dan Penyelamatannya
8. Pengenalan terhadap Bencana Gempa dan Penyelamatannya
9. Pengenalan terhadap Bencana Tsunami dan Penyelamatannya
10. Berbagi Praktek Baik Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana.

Ruang lingkup penyelenggaraan diantaranya:
1. Sekolah aman, baik aman dari bencana maupun aman dari segala tindak kekerasan;
2. Tim penanggulangan bencana tingkat nasional maupun provinsi yang siap diterjunkan ke lokasi bencana;
3. Sistem kerja yang tertata, terstruktur dan jelas dalam pengaturan kewenangannya.

Dampak dari kegiatan ini yaitu:
1. peserta memahami trend bencana 2002-2015, peta sebaran kejadian/ risiko/ kerentanan/ kapasitas dan kajian risiko bencana 2015 di Indonesia;
2. Peserta memahami konsep sekretariat bersama sekolah ramah anak, aman, anti kekerasan, bencana dan inklusif;
3. Peserta memahami konsep sekolah bersama sekolah ramah anak, aman, anti kekerasan, bencana dan inklusif;
4. Peserta memahami jenis-jenis bencana dan cara penyelamatannya.

Para panelis dalam bimtek kali ini adalah Ir. Sri Renani Pantjastuti M.PA (Direktur Pembinaan PKLK), Dr. Praptono, M.Ed (Kasubdit Program dan Evaluasi Dit PPKLK), Ridwan Yunus (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Mara Hardjoko (UNICEF), Yanti Sriyulianti (Perkumpulan Kerlip), Tri Indrawan (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta),Yusra Tebe (Plan International), Dr. Ir. Amin Widodo (Pusat Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Surabaya), Eko Teguh Paripurno  (Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta), Avianto Amri (Macquarie University Australia), Wahyu Novyan (Aksi Cepat Tanggap).***

Waspada! Pornografi Ancam Anak-anak Kita

$
0
0
oleh
Elly Risman
Psikolog dan Pemerhati Anak


Bahaya paling besar yang dihadapi negeri ini adalah bahwa tidak tahu bahwa kita dalam bahaya. Kita tidak sadar bahwa pornografi telah merusak anak-anak kita.

Lihat Fakta :

- Orang Bandung, deden (28th), mengumpulkan 128rb video bokep untuk dijual. Harga 30rb-800rb. Yg 800rb adalah video2 seks dengan anak2!

- Kasus perkosaan-pornografi di Bandung pelajar SMP kota bandung jadi pelacur, cukup dibayar dgn pulsa.

- AA (35th) memperkosan anak wanitanya sendiri (11th), sebelum dinodai, si anak disuruh nonton tv, kemudian diganti dgn video porno.

- 7-9 th lalu sudah ada di sinetron adegan menelanjangi teman sekolah, bullying dan kejahatan (bukan kenakalan lagi) remaja sudah diajari melakukan kejahatan ke sesama teman. Jahatnya sinetron.

- Pelajar SMP melakukan seks dengan teman sekolah atas dasar suka sama suka.
- 28% pekerja seks remaja di Bandung adalah pelajar aktif atau masih bersekolah.

- Kasus video mesum SMP 4 jakarta dilakukan atas dasar suka sama suka. Dilakukan pertama kali 10 hari setelah jadian. Lalu 15 hari setelahnya. 3x dalam 5 hari. Direkam oleh anak OSIS. Diperankan oleh anak berprestasi.

- Hasil pencarian di google “seks dgn pacar” dan “cara menggugurkan kandungan” meningkat terus (double) dari Februari 2013 – Januari 2014.

- Video lain, 2 minggu lalu. Dilakukan di kelas, di balik pintu. Oleh pelajar SMP (yg putri berjilbab) mereka melakukan seks hanya 4:20 detik. Sebelumnya mereka sudah sexting (kirim pesan porno via HP). Janjian ketemu, langsung “melakukan”. Tanpa buka baju, tanpa kasur. Selesai. Singkat saja. Kenapa kita berfikir harus lama?

Penelitian terhadap siswa kelas 4 SD bahwa 87%  sudah menonton pornografi lewat hp, DVD, situs internet, games, komik, sinetron, dll. Dimana mereka lihat? 51% melihat di rumah sendiri/saudara! Kemana orangtuanya? Ada. Tapi PINGSAN! (Sinisme)

Kekerasan seksual terjadi dimana saja. Oleh siapa saja. Bahkan supir pribadi. Jangan pernah membiarkan supir mengantar anak anda berdua saja. Kita tidak pernah tahu.

Naruto itu parah filmnya, komiknya, situsnya, gamesnya. Terselip-selip pornografi di sepanjang adegan. Naruto bukan konsumsi anak-anak!

Saat seminar, ditunjukkin situs internet yg paraaaah..berupa gambar sequense mulai dari seks dgn benda, gambar seks, pegang2 PD, lesbi, seks dg binatang, seks berkelompok, dll. Ini semua ada di gambar situs..bukan … bukan situs porno. Itu situs NARUTO!!

Bukan hanya situs, celah pornografi juga masuk dari hal2 berikut :
1. Games :
GTA – games pencurian mobil, kalau sudah berhasil, dapet jackpot berupa ngesex dengan pelacur jalanan
Parahnha, Ada GTA versi terbaru : versi Upin Ipin!! Ya salaam
Banyak games RAPEPLAY yg dapat didownload GRATIS di android, HP.
Games rapeplay : ada gambar animasi mirip banget asli, cara main, tinggal sentuh bagian yg diinginkan dan pakaiannya akan terbuka. Lalu ada adegan-adegan seks yang bisa diperankan dg jari anak. Ini semua bisa di download GRATIS saudara-saudara..GRATISSS TISS. tinggal sentuh dgn jarimu!

2. Film :
Banyak channel TV Holywood yg menampilkan adegan seks dg vulgar atau sebagian. Ada juga yg sangat halus seperti serial remaja Glee >> jelas mengekspos cara seks lesbian dan homoseks
Film bioskop indonesia yg sarat unsur porno: ML (mau lagi), cintaku, comic 8, daaan jutaan film lain yg berisi porn, softporn dan bullying. Dont mention Sinetron dan FTV karya R. Punjabi yg isinya sampah semua.

3. Music :
Lewat videoklip, porno disusupi. Misal video clip kim kardashian, dll >> video klipnya parah. Dan ini lagu-lagu yang digandrungi anak2.

4. Komik
Banyak komik2 yg isinya tak lain adalah porn. Sampulnya apa, isinya apa. Ada adegan2 seks yg sama sekali bukan utk anak. Baca dulu komik2 anak sebelum mereka membaca!

5. DVD :
Anak ternyata menonton blue film dr DVD milik ortu sendiri yg lupa diambil dari playernya selain mereka dpt membelinya dg mudah n murah di kaki lima.
Selain pornografi, LGBT (lesbian gay bisex transgender) sedang dikampanyekan dunia global.
Gambar-gambar seks dibuat rancu tidak jelas mana laki-laki mana perempuan, agar LGBT menjadi sesuatu yg lumrah. Situs LGBT, Www.ok2bme.com, www.aruspelangi.or.id
Melihat segitu banyaknya paparan pornografi yang sangat mudah diakses oleh anak-anak kita, sejak mereka masih sangat dini, bahkan dengan gratis, hanya dengan menggeser ujung jari, tidak aneh bila beberapa tahun kemudian mereka jadi pelaku seks seperti fakta yang diungkap di awal seminar. Mau jadi apa anak-anak itu?

Cara men-scanning anak apakah sudah terpapar pornografi atau belum :
1. Jelaskan tentang apa itu perpustakaan porno. Analogikan dgn perpustakaan tambah-kali-bagi-kurang yg ada di kepala anak.
2. Tanya apakah anak punya perpus porno?
3. Bila ya, tanya kapan pertama kali dapat paparan pornografi tsb?
4. Tanya apa yang dirasakan?
5. Tnya apa yang dilakukan setelah melihat pornografi

Apa yg “mereka” (para penyebar pornografi dan LGBT) inginkan? Hanya 3:
1. Anak dan remaja memiliki Perpustakaan Porno
2. Kerusakan otak permanen
3. Pelanggan seumur hidup = future market.

Parameternya: 33x ejakulasi krn melihat pornografi pecandu pornografi.

Sasaran industri pornografi :
1. Laki-laki. Sasaran utama.
Karena otak kiri laki-laki lebih berkembang dari perempuan. Sehingga laki-laki lebih mudah Fokus. Selain itu, lebih banyak testosteron di tubuh laki-laki. Dan karena kemaluan laki-laki ada di luar dan mudah dimainkan.
2. Belum baligh.
3. Anak yg BLAST, Boring-bosan, Lonely-kesepian, Angry, afraid-marah, takut, Stress, Tired-cape
Anak-anak yang mulai disekolahkan terlalu dini, beban akademis berat, tuntutan tinggi dari orangtua. Merekalah sasaran pornografi.
Anak yang sudah memiliki banyak koleksi perpustakaan porno akan mempengaruhi cara berfikir, cara berbuat, cara bersikap. Melihat wanita berpakaian lengkap, bisa berfantasi kemana-mana hingga masturbasi. Sulit fokus dll.

Ciri anak yang kecanduan pornografi :
1. Bila ditegur dan dibatasi dia marah, melawan, keji, mulai hilang kendali, ikut-ikutan emosi
2. Mulai impulsif, berbohong, jorok, moody
3. Suka menyakiti adik
4. Menghindari kontak mata
5. Mudah haus & tenggorokan kering
6. Sering minum
7. Sering BAK
8. Sering berkhayal
9. Sering main PS/internet dalam waktu yang lama
10. Prestasi akademis menurun
11. Main dengan teman/kelompok yang itu-itu saja
12. Berperilaku aneh : kancing baju sampai atas, rambut gondrong, dll

Kemana orang tua? (Pada PINGSAN!), ADA tapi tidak mau tau, tidak peduli. Yang dipedulikan hanya akademis, prestasi si anak.

Orang tua tidak sadar anak-anaknya sudah dirusak oleh pornografi. Sangat mungkin anak tampak manis, penurut, ternyata dia sudah kecanduan pornografi. Anak kita kah??

Itulah anak-anak yang disasar untuk memiliki perpustakaan porno. Perpus tersebut dapat mereka akses sewaktu-waktu, kapan pun, dimana pun. Orang tua sibuk, tidak ada saat anak butuh curhat, ingin bertanya. Orang tua tidak menjadi sahabat anak sehingga mereka mencari org lain. Jangan salahkan siapa-siapa.

Bagaimana kerusakan otak?

Kerusakan otak akibat pornografi, sama dg org yg rusak akibat kecelakaan. Di bagian kanan atas alis (otak direktur). Otak direktur = prefrontal cortex (pfc) adalah bagian otak yg membedakan otak manusia dg otak binatang.

Fungsi PFC sebagai direktur otak sebagai tempat moral dan nilai, bertanggungjawab untuk:
- perencanaan masa depan
- pengaturan emosi
- membuat keputusan
- pengontrolan diri
- ekspresi kepribadian

Saat PFC tersebut rusak, maka tak lain otaknya adalah seperti otak binatang

PFC baru matang diusia 21 tahun, Sehingga wajar bila anak-anak belum bisa bijaksana dalam menyikapi paparan pornografi.

Bagaimana bila anak perempuan terpapar pornografi, dengan memposting foto-foto porno dirinya.

Kerusakan otak akibat kecanduan narkoba ada 3 bagian. Sementara kerusakan otak akibat kecanduan pornografi ada 5 bagian. Artinya pornografi amat jahat!

Dari mulai hanya melihat, sampai melakukan pornografi membuat kecanduan. Dari mulai dosis kecil, nagih minta yang lebih besar lebih besar lebih besar. Dari awalnya tidak sengaja melihat melalui situs, games, iklan tv, sekelibat adegan film..

Semua itu menambah koleksi perpustakaan pornografi di otak anak. Anak yang terpapar pertama kali (walaupun sebentar, otak akan mulai menagih untuk minta dan mencari lagi dan lagi, lebih porno, lebih porno. Terus meningkat.

Inilah mengapa banyak terjadi incest! Bahkan belum lama terkuak pemuda tasikmalaya yang memperkosa anak kecil, 300 ayam dan beberapa kambing! Naudzubillahimindzalik

Bila tidak dapat memuaskan kecanduannya, tidak punya uang (maaf) untuk ke PSK, dilakukan ke teman dekat sendiri, teman sekolah. Tidak ada. Dilakukan ke adik dan saudara sendiri. Subhanallah

Saat ini kita mengasuh generasi YZ. Dimana mereka multitasking, High tech, Terkoneksi dengan mudahnya ke samudra web yang tiada bertepi. Cara mengasuhnya tentu tidak bisa disamakan dgn bgmn dulu orgtua kita mengasuh kita.

Pertimbangkan :
1. Memberikan anak games, pornografi, pacaran
2. Selesaikan hal-hal yang menyangkut emosi dan harga diri, lalu yang membuat anak lari ke pornografi/games

Protektif dengan Bekali anak dengan ilmu :
Bahwa dirinya dan tubuhnya sangat berharga. Tidak sembarang orang bisa menyentuhnya.

Ajari perbedaan sentuhan:

Sentuhan baik mulai dari atas bahu & bawah lutut. Sentuhan membingungkan mulai dari bawah bahu sampai atas lutut. Sentuhan buruk mulai sentuhan pada bagian-bagian yang ditutupi pakaian renang. Ajari anak bagaimana harus bersikap bila menerima sentuhan buruk dan membingungkan.

Waspada juga dengan serial 'princess-princess-an', barbie dll, karena di dalamnya sarat terkandung tentang pacaran, bullying, mengangkat tentang materism, konsumerism dll.

Waspada dgn gadget dan games-games. Selain “pesan-pesan" merusak yang perlu diwaspadai, pada games (termasuk games2 di tablet) anak belum bisa membedakan mana dunia virtual dan mana dunia nyata. Dia bisa “tertukar” melakoni dunia nyata seperti pada dunia games, batasi games!

Bahaya media (TV, games, gadget) pada fisik anak :
1. Cidera lengan atas,
2. Cidera punggung, posisi duduk yg tidak baik
3. Rusak lutein pada retina mata akibat paparan blue screen,
4. Membuat mata hanya fokus pada 1 titik, Padahal untuk membaca saja mata kita perlu bergerak kanan-kiri.

Makanya pendidikan seks itu memang perlu diberikan sejak anak dini. Tentunya disesuaikan umur mereka. Agar mereka bertanggung jawab dan mampu menjaga kemaluannya. Krn kita ga bisa terus menerus mengawasi anak kita. Banyak celah porn masuk ke mereka. Anak kita baik, bgmn anak tetangga, bgmn sepupunya, bgmn teman sekolahnya?

Coba cermati film-film Disney. Putri salju pergi ke hutan dengan 7 lelaki asing.

Cinderella pergi ke pesta dansa hingga tengah malam. Belum lagi bullying yg dicontohkan kakak-kakak tirinya. Barbie dan Kent pacaran. Barbie menetapkan standar wanita idaman, putih tinggi fashionable. Anak2 kita berharap bisa cantik seperti Barbie.

Cerita Princess, selalu ada cerita ttg persaingan cantik-cantikan menjelang prom night. Dan mengajarkan bagaimana mereka harus menjadi yg paling cantik walaupun harus berbuat jahat pada temannya, bahkan saudaranya… dan semua pesan disampaikan dgn sangat haluuss. Tapi mental itulah yang tertanam di otak anak-anak.

Karena di luar sana bisnis pornografi sangat agresif mencari mangsa yaitu para pecandu porno, kita harus pertimbangkan masak-masak saat hendak memberi anak kita akses menuju hal tersebut, yaitu gadget, tv, internet, hp, dll. Karena sekali mereka terkoneksi, konten-konten tersebut akan sangat mudah mereka dapatkan tanpa bisa kita bendung. Tetapi kita juga tidak cukup dg membatasi gadget, kita harus edukasi ke anak tentang seks, membangun awareness mereka tentang dirinya sendiri. Lalu yang paling penting bangun hubungan yang baik dengan anak, jalin komunikasi yang baik agar anak mau cerita dan terbuka.

8 hal membantu anak :
1. Jangan fokus akademis semata,
2. Aktif gunakan teknologi, jgn kalah (gaptek) sama anak,
3. Komunikasi dan disiplin berbeda,
4. Perkuat Allah dalam diri anak. Bicarakan tengtang memelihara kesucian sampai menikah. Ajarkan tentang thoharoh sejak anak 8 tahun,
5. Ajari anak berfikir kritis. Sering diskusi, lempar pertanyaan,
6. Ajari anak konsep dan harga diri yang baik,
7. Ajari utk mandiri dan bertanggungjawab,
8. Berdoa.[\]

Tahun 2016, Kemdikbud Luluskan 500 Siswa Program ADEM

$
0
0
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2016 telah meluluskan angkatan pertama program ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah) sebanyak 500 siswa asal Papua dan Papua Barat. Program ADEM sebagai upaya pemerintah dalam memberikan kesempatan kepada siswa-siswi Papua dan Papua Barat untuk lebih mengoptimalkan kemampuannya, bersaing dengan anak bangsa di seluruh Indonesia.

Program ADEM dilaksanakan di 161 SMA/SMK yang tersebar di 6 (enam) provinsi yaitu Bali, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten. Salah satu kebijakan untuk percepatan dan pemerataan pendidikan nasional adalah dilaksanakannya program ADEM bagi siswa Papua dan Papua Barat yang merupakan implementasi dari UU Nomor 35 tahun 2008, UU Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, Perpres Nomor 65 tahun 2011 dan Permendikbud Nomor 72 tahun 2013.

“Dengan adanya Program ADEM diharapkan dapat meningkatkan keterjangkauan dan kepastian memperoleh layanan pendidikan berkualitas bagi peserta didik yang memiliki kemampuan akademik yang baik khususnya bagi siswa Papua dan Papua Barat yang bersekolah yang ditunjuk pada 6 provinsi,” kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen, Kemdikbud) Hamid Muhammad.

Dikatakannya, banyaknya siswa dan siswi peserta Program ADEM maka diharapkan ‘kemampuan literasi’ masyarakat Papua dan Papua Barat secara umum dapat meningkat karena kemampuan Literasi Dasar merupakan salah satu komponen penting ‘Keterampilan Abad 21’ selain karakter yang baik dan kompetensi yang mumpuni.

“Kami dari pemerintah pusat menyadari bahwa tanpa adanya kerjasama, koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah maka pelaksanaan Program ADEM tidak akan berjalan dengan optimal. Mari kita “Nyalakan Pelita, Terangkan Cita-Cita” agar lahir bintang-bintang pendidikan di Papua dan Papua Barat,” papar Dirjen Dikdasmen.

Setelah menyelesaikan SMA/SMK, siswa peserta Program ADEM tetap bersemangat dalam belajar, siswa asal Papua dan Papua Barat ini akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Indonesia melalui Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK).

Pada kesempatan yang sama Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dikdasmen, Sri Renani Pantjastuti, mengatakan sebelum melepas ke 500 siswa ADEM tersebut, pihaknya menyelenggarakan dua acara yaitu Pembinaan Diri Peserta Didik ADEM Papua-Papua Barat, dan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi kepala sekolah di enam provinsi pemberi layanan siswa ADEM, mulai tanggal 9 hingga 11 Mei 2016 di Surabaya.

Sukses

Program ADEM cukup sukses meningkatkan jumlah lulusan dari daerah Papua di perguruan tinggi.  Program ini juga sangat membantu masyarakat Papua untuk berbaur dengan lingkungan yang baru dan mengenal saudara-saudaranya dari seluruh Indonesia dan begitu pula sebaliknya. Dirjen. Pendidikan Dasar dan Menengah, Hamid Muhammad menjelaskan bahwa program ADEM juga bertujuan agar pendidikan merata di seluruh Indonesia. Selanjutnya, peserta Program ADEM wajib mengikuti Program BPJS Kesehatan agar siswa terjamin kesehatannya dimanapun mereka berada.

Siswa-siswi memang disarankan mencari tempat tinggal di sekitar sekolah agar bisa cepat beradaptasi sekaligus melatih kemandirian. Siswa memang tidak dianjurkan untuk tinggal dengan kerabat untuk melatih kemandirian. Namun umumnya di setiap sekolah paling sedikit ditempatkan dua siswa agar tidak merasa kesepian

Jumlah 500 siswa memang sejak awal sudah tidak genap, sebab dua hingga tiga pekan semenjak kedatangan para siswa Papua dan Papua Barat, peserta Program ADEM mulai berguguran karena beberapa siswa mengalami sakit dan sejumlah siswa lainnya pulang karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Dari 500 siswa SMP peserta program sebanyak empat orang batal berangkat serta sebanyak 18 anak diantaranya kembali Papua setelah sempat berada di kota tujuan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA/SMK.

Siswa siswi asal Papua dan Papua Barat tersebut tersebar di 179 SMA/SMK unggulan baik negeri maupun swasta di sejumlah kota di Pulau Jawa, yakni Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat di Bogor dan Bandung, DI Yogyakarta, Jawa Tengah di Semarang, Demak, Magelang, Wonogiri, Klaten, Provinsi Jawa Timur di Malang, Jember, Lamongan, dan Tuban serta Provinsi Bali di Kuta, Buleleng dan Karang Asem.

Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) Papua dan Papua Barat merupakan program pemerintah untuk mempercepat pembangunan di wilayah Indonesia bagian Timur khususnya Papua dan Papua Barat.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, jalur afirmasi bukanlah bentuk diskriminasi atas Papua. Namun, lebih kepada transformasi kultur akademis kepada masyarakat Papua melalui status otonomi khusus yang dimilikinya.

Program afirmasi ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara Jawa dan Papua. Program ini juga bertujuan untuk mencegah para mahasiswa afirmasi pendidikan mengalami gegar budaya ketika kuliah di perguruan tinggi negeri di Jawa. [\]

Revalitasi Delapan Sekolah Luar Biasa

$
0
0
Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategis dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Demikian yang disampaikan Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PPKLK) Sri Renani Pantjastuti dalam sambutannyan pada pelaksanan Bimbingan Teknis dan Penandatangan Surat Pejanjian Pemberian Bantuan Pemerintah untuk Revitalisasi Sekolah tahun 2016 yang dilaksanakan dilaksanakan pada tanggal 25 s.d. 27 Mei 2016, di Hotel Sunan, Jl. Ahmad Yani No. 40, Surakarta, Jawa Tengah.

"Revitalisasi sekolah merupakan salah satu program Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hal ini sebagai upaya untuk merealisasi strategi bidang pendidikan dalam memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan.

Bimbingan teknis dan penandatangan surat perjanjian merupakan salah satu tahapan dalam proses pemberian bantuan pemerintah. Hal ini bertujuan untuk  melakukan koordinasi dan  pemberian informasi tentang tata cara dan tata kelola revitalisasi sekolah. Disamping itu juga untuk meminimalisir kesalahan melalui identifikasi teknis dan nonteknis terkait  revitalisasi sekolah," papar Direktur PPKLK.

PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah berkewajiban memenuhi kebutuhan sarana prasarana pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Untuk itu Subdirektorat Kelembagaan dan Sarana Prasarana Dit.PPKLK menetapkan strategi bidang pendidikan antara lain memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan melalui program penyusunan dan pencetakan dokumen kelembagaan dan sarana prasarana, penyusunan pembuatan Rencana Induk Pengembangan Sekolah, penyusunan pedoman sekolah rujukan, sekolah yang direvitalisasi, sekolah yang mendapatkan perpustakaan/pusat sumber belajar, sekolah yang mendapatkan ruang laburatoriun/praktik siswa, sekolah yang mendapatkan ruang penunjang lainnya, sekolah yang mendapatkan standarisasi dan akreditasi, sekolah yang mendapat peralatan pendidikan.

Dalam rangka pelaksanaan tahapan revitalisasi sekolah tahun 2016, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus melalui Subdirrektorat Kelembagaan dan Sarana Prasarana melaksanakan Bimbingan Teknis dan Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan Pemerintah Revitalisasi Sekolah Tahun 2016.

Tujuan Bimbingan Teknis dan Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan Pemerintah Revitalisasi Sekolah Tahun 2016 antara lain:

1. Melakukan koordinasi dan bimbingan teknis pelaksanaan Pembangunan Unit Sekolah Baru Sekolah Luar Biasa, Pengembangan Unit Sekolah Baru Sekolah Luar Biasa, dan Pembangunan Asrama Siswa.

2. Meminimalkan kesalahan teknis dan nonteknis terkait  Pembangunan Unit Sekolah Baru Sekolah Luar Biasa, Pengembangan Unit Sekolah Baru Sekolah Luar Biasa, dan Pembangunan Asrama Siswa.

3. Melakukan penandatanganan surat perjanjian pemberian bantuan pemerintah revitalisasi sekolah.

Sasaran Bimtek dan Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan Pemerintah Revitalisasi Sekolah Tahun 2016 meliputi 8 SLB. Bantuan pemerintah yang akan diberikan berbentuk bangunan dan meubelair untuk seluruh sasaran dimaksud. Bantuan yang akan keserap dalam kegiatan ini Rp. 4 milyar rupiah.

Ruang lingkup Bimbingan Teknis dan Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan Pemerintah Revitalisasi Sekolah Tahun 2016 antara lain:

1. Koordinasi dan Bimbingan Teknis Pelaksanaan Revitalisasi Sekolah.
Koordinasi dan  bimbingan teknis meliputi kegiatan pemberian informasi tentang tata cara dan tata kelola revitalisasi sekolah.

2. Identifikasi teknis dan nonteknis terkait  revitalisasi sekolah.
Identifikasi teknis dan nonteknis dilakukan untuk memiminalisir kesalahan teknis dan nonteknis, dilakukan dengan cara paparan oleh masing-masing calon penerima bantuan tentang langkah-langkah yang telah, sedang, dan akan dilakukan terkait pelaksanaan revitalisasi sekolah.

3. Penandatanganan surat perjanjian
Bimbingan teknis dan Penandatanganan Surat Perjajian merupakan salah satu tahapan pelaksanaan pemberian Bantuan Pemerintah Revitalisasi Sekolah. Hal ini untuk memenuhi salah satu syarat pencairan bantuan pemerintah tentang pembangunan sarana pendidikan yang mensyaratkan adanya surat perjanjian kerjasama.

Dengan adanya Bimbingan Teknis dan Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan Pemerintah Revitalisasi Sekolah Tahun 2016 akan meningkatkan dan memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan pada umumnya dan pendidikan khusus pada khususnya.

1. Terjaminnya kualitas atas kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

2. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas dalam rangka memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan.[\]

Gerakan Literasi Sekolah: 15 Menit Membaca Sebelum Waktu Sekolah

$
0
0
Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita karena pengetahuan diperoleh melalui membaca. Oleh karena itu, keterampilan ini harus dikuasai peserta didik dengan baik sejak dini.

Dalam konteks internasional, pemahaman membaca tingkat sekolah dasar (kelas IV) diuji oleh Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEA-the International Association for the Evaluation of Educational Achievement) dalam Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang dilakukan setiap lima tahun (sejak tahun 2001).

Selain itu, PIRLS berkolaborasi dengan Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) menguji kemampuan matematika dan sains peserta didik sejak tahun 2011. Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca peserta didik (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development) dalam Programme for International Student Assessment (PISA).

Uji literasi membaca mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Dalam PIRLS 2011 International Results in Reading, Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500 (IEA, 2012).

Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Data PIRLS dan PISA, khususnya dalam keterampilan memahami bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik Indonesia tergolong rendah.

Rendahnya keterampilan tersebut membuktikan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah selama ini juga memperlihatkan bahwa sekolah belum berfungsi sebagai organisasi pembelajaran yang menjadikan semua warganya sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.

GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam GLS.

Desain Induk ini disusun guna memberi arahan strategis bagi kegiatan literasi di lingkungan satuan pendidikan dasar dan menengah. Pelaksanaan GLS akan melibatkan unit kerja terkait di Kemendikbud dan juga pihak-pihak lain yang peduli terhadap pentingnya literasi. Kerja sama semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan sangat diperlukan untuk melaksanakan gerakan bersama yang terintegrasi dan efektif.


Penumbuhan Budi Pekerti

Kewajibkan para siswa untuk membaca buku minimal 15 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menegaskan, kegiatan ini diupayakan bisa dilakukan setiap hari.

“Buku yang dibaca itu bukan buku mata pelajaran (mapel),” ungkap Anies saat Jumpa Pers Peresmian Program Penumbuhan Budi Pekerti di Kantor Kemendikbud. Ia juga menerangkan, kegiatan tersebut merupakan salah satu hal yang akan dilakukan dalam menerapkan program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP).

Menurut Anies, jenis buku yang akan dibaca itu bebas. Ia menegaskan, Kemendikbud menyerahkan penetapan ini kepada pihak sekolah terutama Kepala Sekolah (Kepsek). Hal yang terpenting, kata dia, buku itu harus pantas dan disukai oleh para siswa sesuai dengan tingkatannya, termasuk di sekolah Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK).

Anies menyebutkan, buku-buku yang dibaca bisa berjenis sastra Indonesia dan luar negeri. Bahkan, lanjut dia, jenis bacaan serupa koran atau majalah bisa digunakan sekolah.

Mengenai metode membaca, Anies juga mengungkapkan, hal ini menjadi tugas sekolah untuk menentukannya. Ia menyebutkan, pihak sekolah bisa menerapkan metode membaca nyaring, dalam hati dan sebagainya. Bahkan, tambah dia, para siswa juga boleh membaca dengan sambil tidur-tiduran.

"Pada hakikatnya, program membaca ini diharapkan bisa menumbuh kembangkan potensi utuh para siswa. Terutama, ujar dia, pada kemampuan siswa dengan kegiatan membaca buku tersebut. Dengan begitu, budaya membaca di Indonesia bisa berkembang ke depannya," papar Mendikbud.

Peran Guru

Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PPKLK) Sri Renani Pantjastuti menambahkan dalam Forum Pendidikan Dunia tahun 2015 yang diselenggarakan di Korea Selatan, Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic and Development, disingkat OECD) melaporkan bahwa negara-negara Asia menempati lima besar dalam peringkat sekolah berprestasi, namun tidak termasuk Indonesia yang menempati urutan 10 terbawah.

Guru memiliki peran penting dalam memotivasi peserta didik untuk belajar, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan pendekatan yang komprehensif serta progresif agar guru bisa memotivasi rasa ingin tahu peserta didik dan memicu mereka untuk berpikir kritis.

Dalam pengembangan pembelajaran ini, guru harus mampu memilih dan memanfaatkan bahan ajar yang ada secermat mungkin. Guru harus mendorong peserta didik untuk membaca buku-buku yang berkualitas, karena membaca sejalan dengan proses berpikir kritis yang memungkinkan peserta didik untuk menjadi kreatif dan berdaya cipta.

Atas kondisi itulah, dibutuhkan suatu terobosan serius dan strategi yang kreatif dalam memberikan pelayanan pendidikan literasi yang berkualitas. Untuk menyelaraskan pemahaman tentang literasi, kita membutuhkan sebuah petunjuk teknis yang dapat menjadi rujukan pelaksanaan kegiatan literasi di SLB. [\]

NTB Juara O2SN 2016 Kategori ABK

$
0
0
Provinsi Nusa Tenggara Barat menjadi Juara Umum pada ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) kategori Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tahun 2016.  Ajang ini diikuti sebanyak 408 siswa ABK mulai dari jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB se-Indonesia sejak tanggal 24-30 Juli 2016 di Serpong, Banten.

NTB memperoleh 4 mendali emas, 1 perak dan 1 perunggu. Urutan kedua diraih oleh Provinsi Jawa Barat dengan perolehan 2 emas dan 1 perak. Posisi ketiga diraih oleh Jawa Timur dengan 2 emas dan 1 perunggu.

Provinsi diposisi ke IV dengan 1 emas saja direbut oleh Kalteng, Sulut, Bali dan Kalsel. Kemudian posisi ke V diraih oleh NTT dengan 1 perak dan 3 perunggu. Posisi ke VI dari Provinsi Jawa Tengah dengan 1 perak dan 2 perunggu. Dua provinsi menduduki posisi ke VII Kalbar dan Sumsel yang meraih 1 perak dan 1 perunggu.

Sementara diposisi ke VIII hanya 1 perak diraih oleh enam provinsi yaitu Riau, Maluku, Gorontalo, Sumut, Banten dan DIY. Sedangkan tiga provinsi berada diposisi akhir memperoleh 1 perunggu sana yaitu Jambi, Maluku Utara dan Papua.

Pada jenjang SDLB diperlombakan Lari 80 meter Putri SDLB, Bulu tangkis Putra SDLB, dan Bocee Putri SDLB. Pada jenjang SMPLB diperlombakan Lari 100 meter Putri SMPLB, Balap Kursi Roda Putra SMPLB, Bulu Tangkis Putra/i SMPLB, dan Bocee Putri SMPLB. Sementara jenjang SMALB diperlombakan Lari 100 meter Putri SMALB, Balap Kursi Roda Putra SMALB, Bulu Tangkis Putra/i SMALB, dan Bocee Putri SMALB.

Satu lomba yang menggabungkan tiga jenjang pendidikan antara SDLB, SMPLB, SMALB adalah Lomba Catur Putra dan Putri.

Penyelenggaraan O2SN dimaksudkan untuk menggali potensi siswa di bidang non akademik khususnya di bidang olahraga dan memberikan dorongan, sehingga timbul motivasi yang kuat untuk mampu beraktualisasi diri dan bersaing secara sehat dalam mencapai puncak prestasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap siswa. Selain itu, kegiatan ini diharapkan menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan olahraga di Sekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah Khusus.

Kegiatan O2SN merupakan upaya sistematis untuk meletakkan fondasi dan tradisi keunggulan di bidang olahraga bagi siswa.Kita telah menunjukkan supremasinya kepada dunia di bidang sains dan matematika dan berharap juga dapat menunjukkan supremasinya dalam bidang olahraga. Pendidikan tidak hanya menjadikan manusia yang cerdas tetapi juga menginginkan manusia yang tangguh, segar, bugar baik fisik maupun jiwanya.

Keikutsertaan siswa dan para guru pada O2SN juga dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka dapat saling mengenal dan memahami perbedaan satu sama lain yang akan menggugah kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara yang berbhinneka tunggal ika, dan diharapkan ketika berlaga di tingkat internasional akan bersatu untuk menunjukkan supremasinya di bidang olahraga.

Pelaksanaan O2SN bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak peserta didikSekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah Khusus (SKh) dalam bidang olahraga sebagai bagian dari pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan melalui persaingan yang sehat dan sportif.

2. Meningkatkan motivasi, minat, bakat dan kecintaan peserta didik ABK terhadap olahraga.

3. Meningkatkan kesegaran jasmani dan pembentukan kondisi fisik untuk pembelajaran pendidikan jasmani adaptif peserta didikSekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah Khusus (SKh) yang kuat.

4. Meningkatkan sikap toleransi, empati, kompetitif dan sportifpeserta didik Sekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah Khusus (SKh).

5. Melahirkan bibit-bibit olahragawan ABK potensial yang dapat dibanggakan di masa depan.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan O2SN adalah
1. Terwujudnya kemampuan dan keterampilan gerak, serta meningkatnya motivasi, minat, bakat dan kecintaan peserta didik ABK terhadap olahraga.

2. Terwujudnya rasa cinta peserta didik ABK terhadap pendidikan jasmani adaptif dan pembentukan kondisi fisik siswa yang kuat.

3. Terwujudnya sikap toleransi, kompetitif dan sportifpeserta didikSekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah Khusus (SKh) yang lebih meningkat dalam bidang olahraga.

Tahun ini ada sebanyak 4.126 siswa dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK, dan PKLK di seluruh Indonesia mengikuti O2SN dengan mengusung tema 'Generasi Sportif, Bangsa Produktif'.

"Dengan tema yang diangkat pada tahun ini, diharapkan O2SN dapat menjadi wadah bagi pembinaan siswa untuk mencapai sebuah pembentukan sikap sehat, jujur dan arif pada setiap peserta," ujar Anies Baswedan.

Mantan Rektor Universitas Paramadina itu menyebut, O2SN menjadi wadah bagi pelajar untuk menyalurkan potensi dan kreativitas dalam dirinya. Ajang ini juga mampu membentuk karakter yang berkepribadian, dan menghasilkan bangsa yang produktif dalam menciptakan insan sehat, cerdas, dan berbudi pekerti luhur.

"O2SN adalah ajang untuk menunjukkan sikap sportivitas serta prestasi yang terbaik karena para peserta lomba yang hadir adalah juara yang telah berhasil mewakili daerah masing-masing. Serta tunjukkan bahwa kita memiliki generasi baru Indonesia yang bisa dibanggakan," paparnya.

Peserta O2SN pada jenjang SD diikuti 714 siswa, SMP 1.156 siswa, SMA 816 siswa, SMK 1.032 siswa, dan PKLK 408 siswa (ABK).***

Daftar Juara O2SN Tahun 2016 Kategori PKLK

$
0
0
Berikut ini Daftar Juara O2SN Tahun 2016 Kategori PKLK atau Anak Berkebutuhan Khususyang telah dilaksanakan di Serpong, Banten, 24-30 Juli 2016 yang diikuti sebanyak 408 siswa ABK mulai dari jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB se-Indonesia.


Lomba Lari 80 meter Putri SDLB
Juara I, Lina Mardiana, SLB AR-Rizky Pajo Dompu, NTB
Juara II, Lina Widyantika, SLB Tunas Bhakti, DIY
Juara III, Ance, SLBN Ber Kab. Sikka, NTT


Lomba Bulu tangkis Putra SDLB
Juara I, M. Suwardin, SDLB Negeri Dompu, NTB
Juara II, Aghna Fiqhiya, SDLB Negeri Batang, JATENG
Juara III, Muhammad Naufal, SDLB B Dharma Asih Pontianak, KALBAR


Lomba Bocee Putri SDLB (Tunagrahita)
Juara I, Indriyanti, SLBN 1 Katingan Hilir, Kalimantan Tengah
Juara II, Sukma Rini, SLBN Rokan Hulu, Riau
Juara III, Rizka Fitriyanti, SLB Negeri Praya, NTT


Lomba Lari 100 meter Putri SMPLB
Juara I, Susi Susanti, SLB AR-Rizky Pajo Dompu, NTB
Juara II, Indah Khoirunnisa, SLBN Taruna  Mandiri Kuningan, Jawa Barat
Juara III, Brigita Ningsi Woda, SLBN Nunumeu SOE, NTT


Lomba Balap Kursi Roda Putra SMPLB (Tunadaksa)
Juara I, Muhammad Khoirul Anam, SMPLB Negeri Banyuwangi, Jawa Timur
Juara II, Muktin, SLB Al-Gifari, NTB
Juara III, Prasetyo Teguh  U, SLB D YPAC Surakarta, Jawa Tengah


Lomba Bulu Tangkis Putra/i SMPLB 
 Juara I, Andre Langgeng Pangestu, SLB B Dharma Wanita Kab. Sidoarjo, Jatim
Juara II, Chairani, SLB B Dharma Asih Pontianak, Kalbar
Juara III, Yudi Arisandi, SLB B Negeri Pembina Palembang, Sumsel


Lomba Bocee Putri SMPLB (Tunagrahita)
Juara I, Ismi Ismatul Hasanah, SLB Muhamadiyah  Banjarsari Ciamis, Jawa Barat
Juara II, Indira  F. Lekatompessy, SLB Negeri Kota Ambon, Maluku
Juara III, Eka Putriana, SLB Sri Soedewi  MS, Jambi


Lomba Lari 100 meter Putri SMALB 
Juara I, Cicilia Lumanauw, SLB-C Kat. St. Anna, Sulawesi utara
Juara II, Yormasti Taopan, SMALB Negeri Nunumeu Soe, NTT
Juara III, Siska Halangade, SMALB Negeri Tobelo, Maluku Utara


Lomba Balap Kursi Roda Putra SMALB (Tunadaksa)
Juara I, Gede Susila, SLB D YPAC Bali, Bali
Juara II, Lukman Hakim, SLBN Kab. Gorontalo, Gorontalo
Juara III, Nur Fathoni, SMALB Samala Nerugrasa Lumajang, Jatim


Lomba Bulu Tangkis Putra/i SMALBJuara I, Ricki Awaljan Situmorang, SLB C Cipaganti Kota  Bandung, Jabar
Juara II, Jepri, SLB ABC TPI Medan, Sumut
Juara III, Welin Yulianto, SLB Negeri Kotaraja, Papua


Lomba Bocee Putri SMALB (Tunagrahita)
Juara I, Ulfa, SLB AR-Rizky Pajo Dompu, NTB
Juara II, Rizky Putri Wangi, SLBN Ogan Ilir, Sumsel
Juara III, Yulita, SLB N Asuhan Kasih, NTT


Lomba Catur Putra/i SDLB/SMPLB/SMALB (Tunanetra)
Juara I, Wahyu, SLB-A Fajar Harapan Martapura, Kalsel
Juara II, Abdul Mukti, SKH Al-Khairiyah, Banten
Juara III, Ahmad Nadhif Aris, SMAN 8 Inklusi Kota Surakarta, Jateng

Pembekalan Siswa ADEM, Mendikbud: Kami titipkan anak-anak Calon Pemimpin Bangsa

$
0
0
Sejak tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah memiliki program menyekolahkan 350 anak Papua dan 150 anak Papua Barat ke sekolah-sekolah di Pulau Jawa dan Bali.

Menurut Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Sri Renani Pantjastuti, program ini dijalankan dalam upaya memperluas kesempatan pendidikan bagi anak-anak di Papua hingga jenjang menengah melalui program Wajib Belajar (Wajar) 12 tahun. Selama ini masyarakat Papua merasa disisihkan. Apalagi di sektor pendidikan, masyarakat Papua cukup tertinggal karena sumber daya manusia di bidang pendidikan yang masih minim.

"Selama bersekolah di Provinsi Jawa Barat dan Banten, mereka tinggal di rumah orangtua asuh dan menjadi bagian dari keluarga tersebut. Ini juga bisa menjadi kesempatan bagi mereka untuk mempelajari budaya atau adat istiadat daerah tempat mereka tinggal," katanya.

Setelah lulus sekolah menengah, lanjutnya, anak-anak dari Papua tersebut juga akan diarahkan untuk mengikuti program beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik), sehingga bisa melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang Perguruan Tinggi.

Dalam pembukaan dan pembekalan bagi siswa ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah) asal Papua dan Papua Barat, Mendikbud Anies Baswedan memaparkan bahwa Indonesia yang memiliki kekayaan yang luar biasa, dan salah satu tempat yang paling banyak kebhinnekaannya adalah Papua. Papua memiliki 400 bahasa daerah dari 719 bahasa daerah yang ada di Indonesia.

"Adik-adik yang mendatangi sekolah baru dan guru-guru baru adalah orang-orang sebangsa dan setanah air Indonesia. Bagi kepala sekolah dan guru di Jawa Barat dab Banten, saya ucapkan selamat menerima amanat besar untuk mendidikan calon-calon pemimpin bangsa Indonesia," papar Mendikbud.

Orangtua menitipkan anak-anak nya untuk dididik oleh guru di Banten dan Jawa Barat. "Untuk bapak-ibu guru, saya menitipkan siswa program ADEM untuk dididik menjadi orang-rang yang berkualitas dan tangguh," harap Mendikbud.

Sebagaimana diketahui, lanjut Anies, pendidikan itu kolaborasi antara pendidik di rumah dan pendidik di sekolah. Kolaborasi hanya bisa terjadi jika ada komunikasi. Anak dititipkan ke sekolah untuk dididik. Bukan untuk ditindas, bukan untuk dipermainkan.

Sejatinya, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sementara, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1 dan 2 itu. dari kutipan UU di atas, kita perlu menyadari bahwa pendidikan bukan semata-mata mengembangkan potensi diri yang kerap ditafsirkan di masyarakat sebagai kecerdasan dan keterampilan tetapi juga harus dilandasi nilai-nilai keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, dan akhlak mulia sehingga akan sangat wajar ketika pada prosesnya akan ada teguran, nasehat, hukuman, dan hal-hal serupa ketika peserta didik dirasa “melenceng” dari jalurnya.

Dan bagi anak-anak, rindu kampung halaman adalah hal yang biasa saat di daerah yang baru. Ada banyak jutaan orang yang meninggalkan kampung halaman, banyak cerita-cerita setelah keberhasilan orang yang merantau. Anda dijauhkan dari kampung halaman untuk ditempa dan belajar, serta survival. Meski berat jangan pernah mundur, maju terus.

"Jika tidak tahu, maka bertanyalah. Jika merasa malu, maka akan terus ketinggalan. Siap-siaplah untuk digembleng di sekolah dan dilingkungan yang baru,"

Aktiflah di OSIS dan di ekstrakurikuler, bertemanlah dengan teman baru dari tempat kalian belajar. "Ïkuti kegiatan dan libatkan diri pada kegiatan yang positif, jangan mengurung diri,"

Kalian menjadi contoh di kampung halaman. Tulis suratlah sebulan sekali. Karena kalian sedang belajar untuk mengubah kampung halaman dan Indonesia kelak yang lebih baik.

Program ADEM bergulir sejak tahun 2013 dan telah memasuki tahun ketigaempat pada 2016 ini. Sebanyak 1.804 anak Papua telah menimba ilmu di tingkat SMA atau SMK di Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Bali. Untuk program ADEM 2015, tercatat 505 anak Papua/Papua Barat menempuh pendidikan SMA dan SMK di enam provinsi tersebut. Pada ADEM 2016 saat ini ada 500 siswa Papua dan Papua Barat.[\]

sumber
Tabloid SPIRIT 78

Peran Serta Kemdikbud dalam Wujudkan Pelaksanaan Model PLK di LPAS dan LPKA

$
0
0
oleh
Dr. Praptono, M.Ed
Kasubdit Program dan Evaluasi
Dit. PPKLK, Ditjen Dikdasmen
Kemdikbud



Peningkatan akses pendidikan bermutu di semua jenjang dan jenis telah dilaksanakan selama ini di seluruh wilayah Indonesia. Upaya peningkatan lebih lanjut terus dilakukan, mengingat masih ada ketidakmerataan tingkat akses pendidikan antar provinsi, kabupaten dan kota. Perhatian lebih besar dibanding era sebelumnya akan diberikan pula pada peningkatan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dan yang memerlukan Pendidikan Layanan Khusus (PLK).

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, pada pasal 32 Ayat 1 disebutkan bahwa Pendidikan Khusus (PK) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Sedangkan pada Ayat 2 disebutkan bahwa Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

Sehubungan dengan hal tersebut, penyediaan layanan pendidikan yang semakin merata dan berkualitas senantiasa selalu diupayakan pemerintah untuk memenuhi hak dari setiap warga Negara.

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2016, angka partisipasi kasar (APK) nasional SD/SDLB tahun 2015 adalah 97,65%, dan angka putus sekolah turun menjadi 1,04%. Sedangkan untuk jenjang SMP/SMP, APK pada tahun 2015 adalah 80,73% dengan penurunan angka putus sekolah sebesar 1,14%.

Sementara itu, untuk jenjang SMA/SMK/SMALB, APK pada tahun 2015 adalah sebesar  70,82% dan angka putus sekolah sebesar 1,66%. Angka-angka statistik ini menunjukkan kepada kita bahwa masih banyak anak-anak usia sekolah kita yang sampai saat belum mendapatkan hak pendidikannya.

Meskipun upaya penuntasan wajib belajar sembilan tahun telah dilaksanakan dan tuntas bagi 66,15% dari keseluruhan kabupaten dan kota (340 dari 514 kabupaten dan kota), peningkatan akses pendidikan dasar dan menengah untuk memenuhi program wajib belajar dua belas tahun merupakan agenda yang harus  dipenuhi dalam lima tahun ke depan. Seiring dengan hal ini, fokus peningkatan akses pendidikan dasar pada sebanyak 174 kabupaten dan kota (33.85%) untuk menyelesaikan program wajib belajar sembilan tahun.

Diantara anak yang memiliki kerentanan dalam mendapatkan hak pendidikan adalah mereka yang tinggal di Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) karena kasus hukum yang harus dijalani. Dari tahun ke tahun, jumlah anak yang tinggal pada 2 (dua) jenis lembaga ini belum menunjukkan trend penurunan, bahkan di sejumlah daerah menunjukkan angka yang tinggi.

Pada tahun 2015, telah ditandatangani nota kesepahaman antara Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Kemdikbud. Tindak lanjut dari Nota Kesepahaman ini maka Kemdikbud memberikan dukungan pembiayaan untuk pelayanan pendidikan melalui pemberian bantuan operasional pendidikan kepada 16 LPKA. Lalu, bantuan peralatan pendidikan, peralatan ketrampilan dan bantuan pembangunan ruang belajar juga telah diberikan oleh Kemdikbud.

Di samping itu, mengingat bahwa keberadaan anak-anak di LPAS dan LPKA ini membatasi ruang dan waktunya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah-sekolah regular, maka Kemdikbud telah memberikan pelayanan pendidikan kepada mereka dengan sistem Sekolah Terbuka. Pada jenjang SMP, pembelajaran dilaksanakan dengan sistem modul dan Kemdikbud sudah memberikan bantuan modul SMP Terbuka ke LPAS dan LPKA. Sedangkan untuk jenjang SMA, Kemdikbud berinisiatif untuk mengembangkan SMA Terbuka dengan menggunakan model belajar jarak jauh yang didukung dengan memanfaatkan teknologi dan informasi.

Muatan kurikulum yang diberikan kepada mereka dilaksanakan dengan modifikasi yang memberikan pendidikanketrampilan yang lebih banyak untuk bekal hidup di masyarakat.

Saat ini, Kemdikbud akan memberikan penekanan pada 2 (dua) hal, yaitu pendidikan vokasi dan penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP). Melalui program ini, diharapkan kesenjangan pendidikan yang ada di Indonesia bisa diatasi. Pendidikan vokasi tentu tidak saja dimaknai dengan sekolah menengah kejuruan (SMK), tetapi semua peserta didik dalam jenjang pendidikan dimanapun, baik formal dan non formal diharuskan mendapatkan pendidikan vokasi sebagai bekal untuk hidup di masyarakat. Budaya kerja dan budaya profesional harus benar-benar tertanam pada diri anak sejak dini melalui pendidikan kewirausahaan.

Sementara itu, KIP akan menjembatani anak-anak kita yang karena kondisi ekonomi keluarganya memiliki kesulitan untuk menggapai cita-citanya. Bantuan pemerintah yang diperuntukkan kepada seluruh siswa dari keluarga miskin ini diharapkan bisa diterima anak secara cepat dan tepat sehingga anak bisa menggunakannya untuk pembelian buku dan peralatan belajar serta untuk transportasi dan uang saku. Dengan bantuan ini, anak menjadi tenang dan termotivasi belajarnya.Anak-anak yang menjadi penghuni LPAS dan LPKA yang berasal dari keluarga miskin dan tercatat sebagai siswa pada satuan pendidikan dengan bukti memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) untuk dipastikan sebagai penerima program Kartu Indonesia Pintar.

Berapapun jumlahnya, sampaikan datanya ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan saya minta unit teknis yang menangani ini untuk memenuhi seluruhnya.

Di samping itu, saya juga mengajak kepada seluruh pimpinan LPAS dan LPKA untuk duduk bersama dengan Kemdikbud. Mari kita secara bersama  merumuskan langkah-langkah kongkrit agar anak-anak di lembaga ini seluruhnya dapat kita penuhi hak pendidikannya.

Dan yang lebih penting lagi, sekembali mereka ke masyarakat mereka akan tumbuh menjadi individu-individu yang berkarakter dan berkontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara. Anak-anak kita tumbuh dan berkembang di era yang menuntut persaingan tinggi, baik di tingkat nasional, regional maupun global. Kita saat ini sudah berada di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menyiapkan generasi kita menjadi generasi yang cerdas, pintar dan berkarakter Indonesia.[\]

Persiapan Khusus PRB Bagi Kelompok Penyandang Ketunaan

$
0
0
Dalam Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (PRB) tahun 2015-2019 telah direncanakan adanya implementasi kesiapsiagaan bencana di sekolah. Hal ini sangat penting, mengingat bukan hanya terkait banyaknya sekolah yang rusak maupun hancur, tapi juga terkait banyaknya peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan serta warga sekolah lainnya yang menjadi korban luka maupun meninggal akibat terjadinya bencana alam baik gempa bumi, tsunami,  banjir bandang, dan lain sebagainya.

Sekolah pada jam-jam pelajaran merupakan tempat berkumpulnya peserta didik yang tentunya memiliki kerentanan tinggi bila terjadi bencana. Peserta didik berkebutuhan khusus dengan bermacam hambatannya adalah yang paling tinggi tingkat kerentanannya dibandingkan peserta didik reguler, oleh karena itu perlu diberikan pendidikan pengurangan risiko bencana secara dini di sekolah kepada mereka.

Berbagai bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia telah memberikan dampak negatif besar terhadap sektor perekonomian, sosial, dan pendidikan. Sebut saja tsunami di Aceh, gempa di Nias, banjir tahunan di Jakarta, banjir bandang dan tanah longsor di berbagai wilayah Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan, serta gempa bumi di Yogyakarta, Tasikmalaya, dan Padang.

Ditinjau dari jenis bencana gempa saja, dimana keadaan ini tidak dapat dihindari, mengingat topografi kepulauan Indonesia yang terbentuk dari titik-titik pertemuan lempeng bumi. Di bagian barat, lempeng Eurasia bertumbukan langsung dengan lempeng Indo-Australia, dan di bagian timur pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Filipina, Pasifik dan Australia.

Sedikitnya ada 23 provinsi yang masuk dalam kategori risiko tinggi terhadap gempa bumi di Indonesia. Hal ini berarti akan berdampak pada lebih dari 130.000 bangunan sekolah yang berpotensi terhantam gempa bumi dan juga mengancam siswa sekolah beserta seluruh fasilitasnya, seperti peristiwa gempa bumi di Padang yang telah menghancurkan sekolah dan banyak siswa sekolah yang menjadi korban dalam bencana tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa negara kita merupakan negara yang rawan bencana. Nilai ekonomis dari kerusakan fasilitas pendidikan yang disebabkan oleh bencana juga menimbulkan kerugian yang sangat signifikan. Bahkan, Indonesia tercatat menduduki peringkat kelima dunia untuk angka kematian paling tinggi yang disebabkan oleh bencana alam (UN Mortality Index, 2009). Hal ini menjadi ‘alarm’ bagi masyarakat kita untuk dapat bersahabat dengan bencana dengan mulai berperilaku tanggap bencana.

Siapa saja dapat menjadi korban bencana, ada berbagai kelompok yang lebih rentan saat terjadi bencana, misalnya manula, ibu hamil, anak-anak, dan/atau orang berkebutuhan khusus. Dari beberapa kelompok rentan ini, orang berkebutuhan khusus merupakan kelompok yang sering terabaikan pada saat terjadi bencana. Orang berkebutuhan khusus adalah orang-orang yang memiliki kesulitan dalam bergerak, mendengarkan, melihat, berkomunikasi, dan atau belajar. Mereka dapat berasal dari semua kelompok umur, tak terkecuali anak-anak atau biasa disebut anak berkebutuhan khusus.

Anak-anak yang memiliki hambatan mobilitas menjadi lebih rentan ketika terjadi bencana, terutama yang tidak dapat menyelamatkan diri secara mandiri. Oleh karena itu, pendidikan Pengurangan Risiko Bencana perlu sejak dini dikenalkan sehingga anak berkebutuhan khusus secara mandiri dapat mengetahui cara berlindung dan menyelamatkan diri saat terjadi bencana.

Penyampaian informasi mengenai Pengurangan Risiko Bencana kepada anak-anak berkebutuhan khusus tentu membutuhkan cara dan metode yang berbeda sesuai dengan kebutuhan mereka.

Melihat kebutuhan tersebut, maka Direktorat PPKLK mengundang perwakilan sekolah dari wilayah tengah dan timur Indonesia. Ada sebanyak 116 peserta telah mengikuti Bimbingan Teknis Pendidikan PRB ini yang diselenggarakan selama empat hari, yaitu tanggal 24-27 Juli 2016 di Hotel Jakarta, Jl. Ance Daeng Ngoyo No. J9, Panakkukang Mas, Makassar, Sulawesi Selatan.

Sementara materi yang dipaparkan diantaranya adalah Kebijakan Pemerintah terkait PRB oleh Direktur PRB - BNPB Ir. Lilik Kurniawan MSi; Sekolah Aman dan Bencana yang Inklusif oleh Yusra Tebe SH MA dari UNICEF.

Sedangkan Tim Arbeiter Samariter Bund mensimulasikan tentang Pengenalan PRB Dasar; Prosedur keselamatan (gempa dan tsunami); Tata ruang aman di sekolah, Pemetaan jalur evakuasi dan tempat berkumpul di sekolah; Prosedur keselamatan multi hazard (letusan gunung api/ angin puting beliung/ banjir/ longsor dan kebakaran); Rencana kesiapsiagaan di sekolah; Diskusi kelompok dan presentasi model rencana kesiapsiagaan sekolah.

Tujuan penyelenggaraan Bimtek PRB adalah: 1. Memberikan informasi kepada tenaga pendidik di sekolah luar biasa terkait pendidikan pengurangan risiko bencana bagi peserta didik berkebutuhan khusus, 2. Meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan tenaga pendidik di sekolah luar biasa dalam menghadapi ancaman bencana di wilayahnya, 3. Mengupayakan penurunan tingkat kerentanan peserta didik berkebutuhan khusus dan seluruh warga sekolah luar biasa dari ancaman bencana.

Hasil yang diharapkan adalah: 1. Tersampaikannya informasi kepada tenaga pendidik di sekolah luar biasa terkait pendidikan pengurangan risiko bencana bagi peserta didik berkebutuhan khusus, 2. Meningkatnya kapasitas kesiapsiagaan tenaga pendidik di sekolah luar biasa dalam menghadapi ancaman bencana di wilayahnya, 3. Tercapainya upaya penurunan tingkat kerentanan peserta didik berkebutuhan khusus dan seluruh warga sekolah luar biasa dari ancaman bencana.[\]

Siswa Berprestasi Bidang Seni Uji Kemampuannya di FLS2N 2016 Manado

$
0
0
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ke IX di Kota Manado, Sulawesi Utara, dari tanggal 28 Agustus hingga 1 September 2016.

Tahun ini, FLS2N bertemakan Berkreasi, Berkarya, dan Berprestasi. "Perlehatan akbar ini dilakukan sebagai upaya Kemdikbud dalam peningkatan mutu peserta didik melalui pengembangan inovasi, potensi dan prestasi di bidang seni, diantaranya bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia," kata Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PPKLK) Sri Renani Pantjastuti jelang pembukaan FLS2N ke IX.

Sebanyak 2.945 peserta FLS2N dari 34 provinsi yang akan berlaga. Mereka berasal dari  476 siswa Sekolah Dasar (SD), 850 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), 510 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), 701 siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 408 Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) atau ABK.

"Pada kategori PKLK peserta didik terdiri dari SDLB, SMPLB dan SMALB sebanyak 408 siswa berkebutuhan khusus. Mereka didampingi 408 guru/kepsek dan 34 pembina. Sehingga jumlahnya 1.099 orang. Dan sebanyak 408 siswa berkebutuhan khusus itu mengikuti 12 cabang yang diperlombakan dari jenjang SDLB, SMPLB, dan SMALB. Mereka telah disaring melalui kompetisi sebelumnya di daerahnya masing-masing," terang Renani.

Pada kategori PKLK atau siswa berkebutuhan khusus, mereka mengikuti 12 cabang perlombaan. Cabang seni yang dilombakan untuk jenjang SDLB adalah menyanyi solo, melukis, dan baca puisi. Cabang seni yang dilombakan untuk jenjang SMPLB adalah melukis, cipta baca puisi, dan design grafis. Cabang seni yang dilombakan untuk jenjang SMALB adalah melukis, menari, dan design grafis. Gabungan jenjang SMPLB/SMALB cabang seni yang dilombakan adalah menyanyi solo, MTQ, dan pantomim.

Tujuan penyelenggaraan FLS2N bagi ABK adalah 1). Menggali dan memberikan dorongan kepada peserta didik Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus agar dapat mengembangkan potensi, bakat dan kreativitasnya untuk dikembangkan secara optimal; 2). Memupuk dan menumbuhkembangkan jiwa seni, semangat, disiplin dan rasa percaya diri bagi peserta didik Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus; 3). Meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar dan berkarya melalui kompetisi yang sehat, jujur dan terbuka; 4). Mendapatkan gambaran yang konkrit dan merupakan salah satu alat evaluasi penyelenggaraan proses pembelajaran seni sesuai standar kompetensi siswa di sekolah; 5). Menumbuhkembangkan semangat mandiri dalam berkarya dan berprestasi, serta mendapatkan bibit unggul di bidang akademik, seni dan olahraga.

Hasil yang diharapkan terhadap ABK yang mengikuti FLS2N ke IX ini adalah terciptanya suasana kompetisi yang sehat dan sportif antar peserta didik PK dan LK, antar sekolah, antarkabupaten/kota dan antar provinsi di bidang mata pelajaran, kesenian dan keterampilan; terwujudnya peserta didik PK dan LK yang berprestasi di bidang seni lukis, seni musik, dan cipta baca puisi tingkat nasional; dan terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa sebagai modal dalam mewujudkan pendidikan karakter bangsa.

Perhelatan tahunan bidang kesenian ini sangat bergengsi di kalangan siswa. Selama sembilan tahun berturut-turut, dari tahun 2008 sampai 2016, lonjakan jumlah peserta terjadi di tahun 2008 sampai 2010, yaitu dari 1.615 siswa, 2.211 siswa, dan 2.261 siswa secara berturut-turut. Kemudian, jumlah ini turun menjadi 1.584 siswa di tahun 2011, 1.743 di tahun 2012. Jumlah peserta terbanyak ada di tahun ini, yaitu sebesar 2.945 siswa.

Pertama kali FLS2N diselenggarakan tahun 2008 di Bandung (Jawa Barat); FLS2N tahun 2009 di Yogyakarta; tahun 2010 di Surabaya (Jawa Timur), tahun 2011 di Makassar (Sulawesi Selatan); tahun 2012 di Mataram (NTB); tahun 2013 di Medan (Sumatera Utara); tahun 2014 di Semarang (Jawa Tengah); tahun 2015 di Palembang (Sumatera Selatan); dan kini tahun 2016 di Kota Manado (Sulawesi Utara).

Data kilas balik FLS2N dari Ditjen Dikdasmen Kemdikbud merilis Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah bergiliran menjadi juara umum. Secara rinci, Jawa Tengah menduduki juara umum FLS2N di tahun 2008, 2010, dan 2015. Sedangkan, Jawa Barat berada di posisi juara umum di tahun 2009, 2011, 2013, 2014. Jawa Timur meraih juara umum di tahun 2012.[\]

Media Relations
Rahmintama

Daftar Juara FLS2N ke IX Tahun 2016 Kategori PKLK

$
0
0
Berikut ini adalah daftar pemenang lomba-lomba pada kategori PKLK (anak berkebutuhan khusus) dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ke IX di tahun 2016 di Hotel Grand Arya Duta, Kota Manado, Sulawesi Utara.


Lomba Menyanyi Tunanetra SDLB
Juara I, Gede Ayu Putri Marhaeni (SLBN Wonogiri, Jawa Tengah)
Juara II, Louis Bertrand (SLB G Rawinala, DKI Jakarta)
Juara III, Lilin Mustika (SKh. N 01 Kab. Tangerang, Banten)


Lomba Melukis Tunarungu dan Autis SDLB
Juara I, Aifandhani Iqbal P., SLB B Karya Bakti, Jawa Tengah
Juara II, Muhammad Adib, SLB B Pangudi Luhur, DKI Jakarta
Juara III, Ni Nengah Dwitya Budi Julianti, SLB Dharma Wanita Prov.NTB


Lomba Baca Puisi Tunadaksa dan Tunanetra SDLB
Juara I, Hannamichi Diva Mafaza, SLB A Pembina Tk. Nasional DKI Jakarta
Juara II, Wildan Havilin Rozan, SLB A Yaketunis D.I. Yogyakarta
Juara III, Ida Fitriani, SLB A YPTN Mataram NTB


Lomba Melukis Tunarungu dan Autis SMPLB
Juara I, Marwah Fadilah, SLB Dharma Wanita NTB
Juara II, Alfian Rahmadani, SLBN 1 Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta
Juara III, Ni Wayan Ary Riandani, SLBN Bangli, Bali


Lomba Cipta dan Baca Puisi Tunadaksa dan Tunanetra SMPLB
Juara I, Nur Aini, SLB PGRI Tlanakan, Jawa Timur
Juara II, Happy Lintoe Pinasthie, SLBN 1 Bantul D.I. Yogyakarta
Juara III, RTS Kurnia, SLB Prof. DR. Soedewi Jambi


Lomba Desain Grafis Tunarungu dan Autis SMPLB
Juara I, Nova Kristanti Lisuallo Sinaga, SLBN Pembina Tk. Prov. Papua
Juara II, Yessica Ayu Dara Ningrum, SLB B Dena Upakara  Jawa Tengah
Juara III, Muhammad Iqbal Rizky Adhiyat    SMPLB Tunarungu Santi Rama DKI Jakarta


Lomba Melukis Tunarungu dan Autis SMALB
Juara I, Andi Alfian Fanani, SLB Negeri Jepara Jawa Tengah
Juara II, Agus Nahrowi, SLBN Kota Gajah, Lampung Tengah, Lampung
Juara III, Mela Amanah, SLB Pembina, Riau


Lomba Menari Tunarungu dan Tunadaksa SMALB
Juara I, Wahyu Rahmad Dullah, SLB N 1 Bantul, D.I. Yogyakarta
Juara II, Hendriko Putra, SLB Aisyiyah Sijunjung, Sumatera Barat
Juara III, Alvi Rohmawati, SLB N Purwantoro, Jawa Tengah


Lomba Desain Grafis Tunarungu dan Autis SMALB
Juara I, Fatimah Rahmah    SMPLB Tunarungu Santi Rama, DKI Jakarta
Juara II, Anda Alfarih Arta, SLB ABC Muhammadiyah Gresik, Jawa Timur
Juara III, Ghalib Fikar Dinata, SLB Prof. DR. Soedewi, Jambi


Lomba Menyanyi Tunanetra SMPLB/SMALB
Juara I, Resti Nur Fauziah, SLBN Dumai, Riau
Juara II, Irfan Sari, SLBN Kota Bima, NTB
Juara III, Hairunnisa, SLB ABCD Muhammadiyah Palu, Sulawesi Tengah


Lomba MTQ Tunanetra SMPLB/SMALB
Juara I, Putrie Aura Hermawan, SLBN Binjai, Sumatera Utara
Juara II, Jotman, SLB Dharma Wanita Kota Bima, NTB
Juara III, Leman Abidin, SLB A Fajar Harapan Martapura, Kalimantan Selatan


Lomba Pantomim Tunarungu SMPLB/SMALB
Juara I, Rifky, SLB Negeri 02 Jakarta
Juara II, Ahmad Gilang Julianto, SLB Permata Ciranjang, Jawa Barat
Juara III, Abdul Ghofur, SMALB Bhakti Wanita, Jawa Timur

PRB di Sekolah Merupakan Pembahasan Strategis

$
0
0
Pemerintah terus berupaya melakukan serangkaian kegiatan rutin dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di sekolah. Pertemuan dalam pembahasan ini sangat strategis dan menjadi salah satu prioritas dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dit PPKLK)

Hal tersebut dikatakan Direktur Pembinaan PKLK Dikdasmen Dr. Renani Pantjawati didepan 116 peserta Rapat Koordinasi Nasional Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2016 yang dilaksanakan selama 4 hari (4-7 Oktober 2016) di Kota Yogyakarta.

"Ini tetap kita upayakan. Karena kita tidak bisa bertanya kepada Allah, kapan bencana. Berdasarkan pengalaman di Garut, kami bersama Ibu Yanti Kerlip, di Garut belum pernah mengalami bencana apapun jgua di sekolah tersebut, dari 35 siswa yang tinggal di asrama 25 orang sedang ikut acara kami di Bandung. Kami ada acara ASEAN, kami jadi host, dan mereka tampil di acara kami. Dan 6 orang di asrama dan Alhamdulilah bisa diselamatkan, karena ada papan2 kayu yang sedang dibangun sekolah tersebutb, karena pembangunan gedung sekolah tersebut juga dibantu oleh Dit PPKLK. Kenapa Dit PPKLK yang mendapat tugas untuk menjadi pemegang peran utama seknas sekolah aman," kata Renani.

Pendidikan khusus biasanya terpikirnya hanya penyandang disabilitas tetapi kami juga layani program PLK (Pendidikan Layanan Khusus) salah satunya untuk daerah bencana alam dan sosial, terbelakang terpecil, adat terpencil dan masyarakat miskin. Memang disebutkan di UU Sisdiknas, UU Penyandang Disabilitas sehingga mitra kerja Dit.PPKLK menjadi banyak.

"PRB sudah dilakukan di Kemdikbud sejak lama. Dulu saya ikut menangani gempa Nabire, dulu BNPB belum ada, baru ada Bakornas PRB. Bicara panduan sudah banyak. Dari 2001, dulu kita mengundang Prof. Teddy Bun dari ITB bagaimana bangunan-bangunan sekolah tahan bencana. Saya di bagian perencanaan, salah satu tugasnya untuk penganggaran. Salah satu program dikdasmen dulu adalah untuk rehabilitasi sekolah. Semua sekolah yang rusak berat dan rusak ringan, sedang, kami rehab tetapi bertahun-tahun tidak bisa selesai karena ada bencana. Jadi ini adlah program terus menerus kami lakukan," papar Renani.

Setelah ada UU Sisdiknas terbit tahun 2003, diturunkan PP, Permendibud, disitu disebutkan semua bangunan sekolah harus aman dari bencana. "Berbagai panduan sudah banyak tetapi kita perlu melihat kembali. Tapi belum ada tentang asap, kebakaran. Kalau yang kebakarannya di tempat lain, itu yang belum. Di pemerintah cepat bikin aturan, tetapi kemudian impelmentasinya. Mitra dari pemerintah. Disini juga ada UNICEF. Saya waktu itu kepala bagian keaungan, tetapi saya ditugaskan bapak wakil menteri mengikuti berbagai kegiatan. Tahun 2012 yang NTB 60 sekolah, 60 di Jabar, 60 di Sumbar itu menjadi pilot SMAB. AMCDRR 2012 di Jogja saya juga hadir," ungkap Direktur.

Dikatanya, pra-bencana ini menjadi tupoksi masing-masing direktorat. Kenapa direktorat lain diminta hadir disini, Kasubdit Progrev yang akan merencanakan berbagai program dan anggarannya. Ini tidak perlu satu khusus tetapi terintegrasi di berbagai kegiatan kita semua. Tanggung jawab tugasnya diberikan kepada Dit PPKLK untuk mengkoordinasikannya. Pada saat pemulihan dan rehab-rekon paska bencana menjadi masing-masing direktorat.

Bicara data, lanjut Renani, sampai saat ini sudah sekitar 25,620 sekolah yang memperoleh intervensi pendidikan kebencanaan sejak tahun 2005. Untuk SLB sendiri baru 336 sekolah dari 2.035 SLB. Apabila terjadi bencana, korban yang paling rentan adalah yang menjadi penyandang disabilitas dan tentunya bersekolah di SLB. Istilah yang sekarang oleh Kemenkeu adalah self-blocking.

"Seperti kami punya kegiatan kawah kepemimpinan pelajar disitu kita masukkan materi PRB, dan kegiatan lainnya. Terkait dengan fasilitator, pengalaman saya pribadi, sering kita pelatihan, namun outputnya beda-beda. Ini harus ada standar kompetensi. Kita perlu quality control. Itu menjadi pekerjaan rumah kita di seknas. Fasilitator ini betul-betul sama, menyampaikan pesan yang sama, siapa yang dilatih, memenuhi syarat," ujar Renani.

Dikatakannya, Kemdikbud memiliki standar yang baik bagaimana bahan bangunan, sudah dibuat sejak dari awal dibangun. "Kita tetap membangun sekolah, sekarang mungkin mulai membangun SMA, dan SMA-LB. Ada 80 kab/kota yang tidak memiliki SLB, padahal pasti penyandang disabilitas ada. Teman2 KPB bisa bantu melihat standar saranap rasarana yang sudah ada. Nanti kita bersama2 melihat standar tsb. Waktu inpres, SD fondasinya saja tidak ada. Banyak SD yang tidak memenuhi syarat bangunan. Terutama syarat untuk tahan bencana," kata Renani.

Menurut Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB Lilik Kurniawan, Rakor ini untuk merumuskan sesuatu yang penting. Pasalnya negara kita adalah negara yang rawan terhadap bencana. Negara kita secara geologi 3 tumbukan lempeng tektonik terbesar di dunia. Posisi di garis khatulistiwa, sangat rentan bahaya hidrometeorologi. Secara kebencanaan yang paling ekstrim adalah gempa bumi, dari 12 ancaman bencana, karena tidak ada informasinya, kejadian mendadak dan menimbulkan korban yang sangat besar.

"Celakanya sekolah-sekolah kita sarana fasilitas pendidikanya saat ini banyak berada pada daerah-daerah yang rawan terhadap gempa bumi. Ikhtiar kita untuk menyelamatkan anak-anak kita sangat diperlukan disini. UUD 1945 pada pembukaan, amanat tanggung jawab pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia. Perjuangan kita sekarang salah satunya adalah memerangi bencana, 80% negara kita adalah rawan terhadap gempa bumi. Kita bisa hitung berapa sekolah di daerah itu," kata Lilik Kurniawan.

Menangani bencana tidak bisa sendiri walaupun ada BNPB dan BPBD di daerah. Milestonenya dari BNPB jauh-jauh hari sudah kami siapkan, kita mulai dari panduan-panduan standar dan fasilitator-fasilitator handal yang bisa berbagi pada saat pelaksanaan SMAB, dan pada saat monev. "Lalu adanya launching website smab.kemdikbud.go.id, dan ini adalah sangat baik, akhirnya kita dipertemukan dalam satu data yaitu website tersebut," kata Lilik.

Dikatakannya, hanya kalimantan saja yang tidak rawan terhadap gempa bumi. Semua wilayah Indonesia rawan gempa bumi. "Bencana alam itu sifatnya mendadak, tidak ada pemberitahuan, informasi, tiba-tiba bangunan kita runtuh. Apakah sekolah kita cukup kuat untuk menghadapinya. Di pantai barat sumatera lihat merah, tapi ini tidak menakut nakuti. Kalau kita mengerti informasinya, bagaimana kita menyikapinya. Dari BNPB menyampaikan risikonya, bapak ibu mengerti, tapi tidak cukup. Harus bergerak melakukan sesuatu. Kita jauh-jauh hari menyampaikan daerah-daerah yang kemungkinan mendapatkan bencana gempa bumi," katanya.

Kemudian Lilik memaparkan dalam melindungi fasilitas layanan pendidikan kita, ternyata ancaman ke sekolah tidak saja bencana alam, namun juga narkoba, video prono dll yang merusak anak didik kita. "Saya mengajak kepada forum ini karena ini hal yang penting. Saya harap kita memiliki komitmen yang sama bahwa skeolah kita harus dilindungi dari seluruh ancaman tadi," harap Lilik.

Menurut Lilik, ada dua fungsi sekolah, yaitu sekolah itu diproteksi, agar layanan pendidikan bagi siswa harus terus berlangsung. "Tidak ada jaminan tidak terjadi gempa, banjir bandang, tanah longsor. Contohnya, bencana banjir bandang di Garut, ada 4 anak SD meninggal. Anak yang terganggu akibat kerusakan sekolahnya ada 2.400 siswa. Mari kita lakukan dengan mudah dan kreatif," papar Lilik.

Ditempat yang sama Kepala bagian Pendidikan Luar Biasa, Dinas Pendidikan dan olah raga Provinsi DIY Didik Wardoyo mengatakan, kegiatan semacam ini sering diselenggarakan di Yogyakarta. "Ada 523 sekolah yang berada di kawasan risiko bencana, SMP 141, SMA SMK 87. Bencana seperti ini belum kita petakan. Di Yogjakarta kita sulit menduga daerah mana yang akan kena angin putting beliung itu. Dari 3000 sekolah yang ada di Jogjakarta bisa-bisa semua resiko bencana," katanya.

Pihaknya menyambut baik upaya Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia (KPB) semoga ini bisa berlanjut dan memberikan kemanfaatan yang tinggi bagi sekolah-sekolah. Ketika bencana, sekolah bisa kena bencana, kalaupun tidak, sekolahnya dipinjam untuk menampung pengungsi, sehingga anak-anak didik terganggu KBM-nya.

Dalam kesempatan itu Kasi Program Dit.PPKLK Aswin Wihdiyanto mengatakan dengan kondisi Indonesia berada di daerah yang sangat rawan, sebenarnya ada banyak jenis ancaman bencana itu. Dari 30 pprovinsi terseut, ada 136 kab kota menjadi prioritas intervensi. "Bisa di overlay dengan pertumbuhan ekonomi, maka ada 79 kab / kota yang menjadi prioritas nasional," kata Aswin.

Gambaran umum sekolah, bencana itu bisa terjadi kapan saja, saat kita ada dimana saja. Saat kita ada di kelas, di kantin, toilet, masjid dll. Termasuk juga untuk aksessibiltas penyandang disabilitas. Tidak hanya berfungsi untuk anak masuk ke kelas, namun juga untuk evakuasi.

Aswin mengharapkan dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan bahwa data jumlah sekolah dan intervensi sekolah aman yang dimiliki Direktorat PPKLK saat ini, jika belum lengkap maka perlu juga diberikan masukan dan revisi. "Kalau ada data yang berbeda, mari kita perbaiki. Data 2013, sampai sekarang pergerakannya tidak significant. Harapan kita, kita menjadi lebih concern, terkait program sekolah aman.  Kondisi ruang kelas yang rusak berat, sedang, dan rusak total," katanya.

Ditegaskanya bahwa perarutan-peraturan dan dasar hukum tentang program kebencanaan. Ada UU Sisdiknas pasal 32 ayat 2, UU PB , UU Perlindungan Anak, UU no 8/2006 ttg penyandang disabilitas. "Dasar hukum penyelenggaraan Sekolah Aman Bencana itu sudah cukup kuat. Ada tahapan–tahapan manajemen bencana. Pra Bencana, di kementrian pendidikan menjadi Tusi masing–masing direktorat teknis. Jika tanggap darurat menjadi tanggung jawab PKLK sebagai koordiantor, tidak menutup kemungkinan kita membutuhkan direktorat lain. Nah, Pasca bencana, dikembalikan tanggungjawabnya kepada masing-masing direktorat teknis. Pasca bencana ini kebutuhannya cukup besar. Secara tupoksi dikembalikan ke direktorat masing-masing," paparnya.

Dasar konsep sekolah aman sesuai Perka BNPB no 4 tahun 2012. Pihaknya menyiapkan lingkungan sekolah aman, kalau saat terjadi bencana. Memastikan proses belajar mengajar tetap belajar, kalau terjadi bencana. "Pada saat kita berbicara pemilihan lahan untuk pembuatan sekolah baru, kita akan melihat lokasi apakah ada ancaman bencan. Ketika membangun struktur bangunan, apakah sudah sesuai dengan standar tahan gempa. Sudah ada," katanya.

Begitu juga mengenai anggaran yang dipetakan relevan dengan program sekolah aman. "Kadang bercampur dengan program rutin, tidak spesifik dengan program kebencanaan. Pada DAK rehab, pada prinsipnya merupakan pengurangan risiko bencana. Praktik baik, Sekolah Penyangga yang dikembangkan oleh SMK. Sekolah Shelter, sekolah darurat. Sedangakan untuk sekolah pengungsi yang berkepanjangan dikhawatirkan akan mengganggu belajar mengajar. Ada konsep Sister School.

Saat ini sesuai tupoksi, sekolah penerima bantuan PRB dari Dit.PPKLK hanya ke sekolah luar biasa. Pihaknya berharap bisa menularkan ke direktorat teknis lainnya. "Terpenting adalah roadmap sekolah aman. Tujuannya, perlindungan peserta didik, dan pengembangan Instrumen Sekolah Aman," kata Aswin.[*]


Media Relations
Rahmintama